Pages

Sabtu, 31 Oktober 2009

Ahklak bagian 2


Ketika Aisyah ditanya mengenai akhlak Rasulullah Saw., beliau
menjawab,

Budi pekerti Nabi Saw. adalah Al-Quran
(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad).

Semua sifat Allah tertuang dalam Al-Quran. Jumlahnya bahkan
melebihi 99 sifat yang populer disebutkan dalam hadis.

Sifat-sifat Allah itu merupakan satu kesatuan. Bukankah Dia
Esa di dalam zat, sifat, dan perbuatan-Nya? Karenanya tidak
wajar jika sifat-sifat itu dinilai saling bertentangan.
Artinya, semua sifat memiliki tempatnya masing-masing. ada
tempat untuk keperkasaan dan keangkuhan Allah, juga tempat
kasih sayang dan kelemah-lembutan-Nya. Ketika seorang Muslim
meneladani sifat Al-Kibriya' (Keangkuhan Allah), ia harus
ingat bahwa sifat itu tidak akan disandang oleh Tuhan kecuali
dalam konteks ancaman terhadap para pembangkang, terhadap
orang yang merasa dirinya superior. Ketika Rasul Saw melihat
seseorang yang berjalan dengan angkuh di medan perang, beliau
bersabda,

"Itu adalah cara berjalan yang dibenci Allah, kecuali
dalam kondisi semacam ini."

Seseorang yang berusaha meneladani sifat Al-Kibriya' tidak
akan meneladaninya kecuali terhadap manusia-manusia yang
angkuh. Dalam konteks ini ditemukan riwayat yang menyatakan,

"Bersikap angkuh terhadap orang yang angkuh adalah
sedekah".

Ketika seorang Muslim berusaha meneladani kekuatan dan
kebesaran Ilahi, harus diingat bahwa sebagai makhluk ia
terdiri dan jasad dan ruh, sehingga keduanya harus sama-sama
kuat. Kekuatan dan kebesaran itu mesti diarahkan untuk
membantu yang kecil dan lemah, bukan digunakan untuk menopang
yang salah maupun yang sewenang-wenang. Karena ketika Al-Quran
mengulang-ulang kebesaran Allah, Al-Quran juga menegaskan
bahwa:

Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang,
angkuh lagi membanggakan diri (QS Luqman [31]: 18).

Jika seorang Muslim meneladani Allah Yang Mahakaya, ia harus
menyadari bahwa istilah yang digunakan Al-Quran untuk
menunjukkan sifat itu adalah Al-Ghani. Ini yang maknanya
adalah tidak membutuhkan --dan bukan kaya materi-- sehingga
esensi sifat itu (kekayaan) adalah kemampuan berdiri sendiri
atau tidak menghajatkan pihak lain, sehingga tidak perlu
membuang air muka untuk meminta-minta.

Orang-orang yang tidak tahu, menduga mereka kaya,
karena mereka memelihara diri dari meminta-minta (QS
Al-Baqarah [2]: 273)

Tetapi dalam kedudukan manusia sebagai makhluk, ia sadar bahwa
dirinya amat membutuhkan Allah:

Wahai seluruh manusia, kamu sekalian adalah
orang-orang faqir (butuh) kepada Allah (QS Fathir
[35]: 15).

Demikian seterusnya dengan sifat-sifat Allah yang lain, yang
harus diteladaninya, seperti Maha Mengetahui, Maha Pemaaf,
Maha Bijaksana, Maha Agung, Maha Pengasih, dan lain-lain.

Adalah merupakan keistimewaan bagi seseorang atau masyarakat
jika menjadikan sifat-sifat Allah sebagai tolok ukur, dan
tidak menjadikan kelezatan atau manfaat sesaat sebagai tolok
ukur kebaikan. Karena kelezatan dan manfaat dapat berbeda-beda
antara seseorang dengan yang 1ain, bahkan seseorang yang
berada dalam kondisi dan situasi tertentu juga bisa berbeda,
dengan kondisi lainnya. Boleh jadi suatu masyarakat yang
terjangkiti penyakit akan menilai keburukan sebagai kebaikan.

SASARAN AKHLAK

Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika,
jika etika dibatasi pada sopan santun antar sesama manusia,
serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah.

Akhlak lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan
terdahulu serta mencakup pula beberapa hal yang tidak
merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap
batin maupun pikiran. Akhlak diniah (agama) mencakup berbagai
aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada
sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan
benda-benda tak bernyawa).

Berikut upaya pemaparan sekilas beberapa sasaran akhlak
Islamiyah.

a. Akhlak terhadap Allah

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan
kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki
sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, yang jangankan
manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya.

Mahasuci engkau --Wahai Allah-- kami tidak mampu
memuji-Mu; Pujian atas-Mu, adalah yang Engkau pujikan
kepada diri-Mu.

Demikian ucapan para malaikat.

Itulah sebabnya mengapa Al-Quran mengajarkan kepada manusia
untuk memuji-Nya, Wa qul al-hamdulillah (Katakanlah
"al-hamdulillah"). Dalam Al-Quran surat An-Nam1 (27): 93,
secara tegas dinyatakan-Nya bahwa,

Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah, Dia akan
memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya,
maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai
dari apa yang kamu kerjakan."

Mahasuci Allah dan segala sifat yang mereka sifatkan
kepada-Nya, kecuali (dari) hamba-hamba Allah yang
terpilih (QS Ash-Shaffat [37]: 159-160).

Teramati bahwa semua makhluk --kecuali nabi-nabi tertentu--
selalu menyertakan pujian mereka kepada Allah dengan
menyucikan-Nya dari segala kekurangan.

Dan para malaikat menyucikan sambil memuji Tuhan
mereka (QS Asy-Syura [42]: 5).

Guntur menyucikan (Tuhan) sambil memuji-Nya (QS
Ar-Ra'd [13]: 13).

Dan tidak ada sesuatu pun kecuali bertasbih
(menyucikan Allah) sambil memuji-Nya (QS Al-Isra'
[17]: 44).

Semua itu menunjukkan bahwa makhluk tidak dapat mengetahui
dengan baik dan benar betapa kesempurnaan dan keterpujian
Allah Swt. Itu sebabnya mereka --sebelum memuji-Nya--
bertasbih terlebih dahulu dalam arti menyucikan-Nya. Jangan
sampai pujian yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan
kebesaran-Nya. Bertitik tolak dari uraian mengenai
kesempurnaan Allah, tidak heran kalau Al-Quran memerintahkan
manusia untuk berserah diri kepada-Nya, karena segala yang
bersumber dari-Nya adalah baik, benar, indah, dan sempurna.

Tidak sedikit ayat Al-Quran yang memerintahkan manusia untuk
menjadikan Allah sebagai "wakil". Misalnya firman-Nya dalam QS
Al-Muzzammil (73): 9:

(Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan
melainkan Dia, maka jadikanlah Allah sebagai wakil
(pelindung).

Kata "wakil" bisa diterjemahkan sebagai "pelindung". Kata
tersebut pada hakikatnya terambil dari kata "wakala-yakilu"
yang berarti mewakilkan.

Apabila seseorang mewakilkan kepada orang lain (untuk suatu
persoalan), maka ia telah menjadikan orang yang mewakili
sebagai dirinya sendiri dalam menangani persoalan tersebut,
sehingga sang wakil melaksanakan apa yang dikehendaki oleh
orang yang menyerahkan perwakilan kepadanya.

Menjadikan Allah sebagai wakil sesuai dengan makna yang
disebutkan di atas berarti menyerahkan segala persoalan
kepada-Nya. Dialah yang berkehendak dan bertindak sesuai
dengan kehendak manusia yang menyerahkan perwakilan itu
kepada-Nya.

Makna seperti itu dapat menimbulkan kesalahpahaman jika tidak
dijelaskan lebih jauh. Pertama sekali harus diingat bahwa
keyakinan tentang Keesaan Allah antara lain berarti bahwa
perbuatan-Nya esa, sehingga tidak dapat disamakan dengan
perbuatan manusia, walaupun penamaannya sama. Sebagai contoh,
Allah Maha Pengasih (Rahim) dan Maha Pemurah (Karim). Kedua
sifat ini dapat pula dinisbahkan kepada manusia, namun hakikat
dan kapasitas rahmat dan kemurahan Tuhan tidak dapat disamakan
dengan apa yang dimiliki manusia, karena mempersamakan hal itu
akan berakibat gugurnya makna keesaan.

Allah Swt., yang kepada-Nya diwakilkan segala persoalan adalah
Yang Mahakuasa, Maha Mengetahui, Mahabijaksana dan semua maha
yang mengandung pujian. Manusia sebaliknya, memiliki
keterbatasan pada segala hal. Jika demikian "perwakilan"-Nya
pun berbeda dengan perwakilan manusia.

Benar bahwa wakil diharapkan dan dituntut untuk memenuhi
kehendak yang mewakilkan. Namun, karena dalam perwakilan
manusia sering terjadi kedudukan maupun pengetahuan orang yang
mewakilkan lebih tinggi daripada sang wakil, dapat saja orang
yang mewakilkan tidak menyetujui atau membatalkan tindakan
sang waki1 atau menarik kembali perwakilannya, bila ia merasa
--berdasarkan pengetahuan dan keinginannya-- tindakan sang
wakil merugikan. Jika seseorang menjadikan Allah sebagai
wakil, hal serupa tidak akan terjadi, karena sejak semula ia
telah menyadari keterbatasan dirinya, dan menyadari pula
Kemahamutlakan Allah Swt. Oleh karena itu, ia akan menerimanya
dengan sepenuh hati, baik mengetahui maupun tidak hikmah suatu
perbuatan Tuhan.

Allah mengetahui dan kamu sekalian tidak mengetahui
(QS Al-Baqarah: 216).

Dan tidak wajar bagi lelaki Mukmin, tidak pula bagi
wanita Mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka
pilihan (yang lain) tentang urusan mereka (QS
Al-Ahzab [33]: 36).

Demikian salah satu perbedaan antara perwakilan manusia kepada
Tuhan dengan perwakilan manusia kepada selain-Nya.

Perbedaan kedua adalah dalam keterlibatan orang yang
mewakilkan.

Jika Anda mewakilkan orang lain untuk melaksanakan sesuatu,
Anda telah menugaskannya untuk melaksanakan ha1 tertentu. Anda
tidak perlu melibatkan diri, karena hal itu telah dikerjakan
oleh sang wakil.

Ketika menjadikan Allah Swt. sebagai wakil, manusia dituntut
untuk melakukan sesuatu yang berada dalam batas kemampuannya.

Perintah bertawakal kepada Allah --atau perintah
menjadikan-Nya sebagai wakil-- terulang dalam bentuk tunggal
(tawakkal) sebanyak sembilan kali, dan dalam bentuk jamak
(tawakkalu) sebanyak dua kali. Semuanya didahului oleh
perintah melakukan sesuatu, lantas disusul dengan perintah
bertawakal. perhatikan misalnya Al-Quran surat Al-Anfal ayat
61:

Dan jika mereka condong kepada perdamaian, condonglah
kepadanya, dan bertawakallah kepada Allah.

Yang lebih jelas lagi adalah dalam Al-Quran surat Al-Maidah

Serbulah mereka melalui pintu gerbang (kota); apabila
kamu memasukinya, niscaya kamu akan menang, dan hanya
kepada Allah hendaknya kamu bertawakal jika kamu
benar-benar orang yang beriman.

Jika Anda telah merasa yakin terhadap kesempurnaan Allah, dan
segala yang dilakukan-Nya adalah baik serta terpuji, Anda pun
harus percaya bahwa:

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah,
dan apa saja bencana yang menimpamu, itu dan
(kesalahan) dirimu sendiri (QS An-Nisa' [4]: 79).

Al-Quran memberi contoh bagaimana seharusnya seorang Muslim
mengekspresikan keyakinan itu dalam ucapan-ucapannya.

Perhatikan pengajaran Allah dalam Al-Quran surat Al-Fatihah:

Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat,
bukan jalan orang yang dimurkai, dan bukan (jalan)
mereka yang sesat (QS Al-Fatihah [1]: 7).

Di sini, petunjuk jalan menuju kebaikan dinyatakan bersumber
dari Allah yang memberi nikmat. Perhatikan redaksi ayat di
atas "yang telah Engkau anugerahi nikmat". Tetapi, ketika
berbicara tentang jalan orang-orang sesat dan yang akan
mendapat murka, tidak dinyatakan "jalan orang-orang yang
Engkau murkai," tetapi "yang dimurkai," karena murka dapat
mengandung makna negatif, sehingga tidak wajar disandar kepada
Allah.

Perhatikan juga ucapan Nabi Ibrahim a.s.:

Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku (QS
Asy-Syu'ara' [26]: 80).

Karena penyakit merupakan sesuatu yang buruk, tidak dinyatakan
bahwa ia berasal dari Tuhan, tetapi, apabila aku sakit
kesembuhan yang merupakan sesuatu yang terpuji, dinyatakan
bahwa "Dia (Allah) yang menyembuhkan".

Sekali lagi, bacalah firman Allah dalam surat Al-Kahf yang
mengisahkan perjalanan Nabi Musa a.s. bersama seorang hamba
pilihan Allah (Khidir a.s.).

Ketika sang hamba Allah itu membocorkan perahu, dia berucap
"Aku ingin merusaknya" (ayat 79), ini disebabkan karena
pembocoran perahu tampak sebagai sesuatu yang buruk. Tetapi
ketika ia membangun kembali tembok yang hampir rubuh, kalimat
yang digunakan adalah "Maka Tuhanmu menghendaki" (ayat 82),
karena di sana amat jelas sisi positif pembangunan itu. Ketika
Khidhir membunuh seorang bocah dengan maksud agar Tuhan
menggantikan dengan bocah yang lebih baik, redaksi yang
digunakannya adalah "Maka kami berkehendak" (ayat 81).
Kehendaknya adalah pembunuhan, dan kehendak Tuhan adalah
penggantian anak dengan yang lebih baik.

----------------
WAWASAN AL-QURAN
Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat
Dr. M. Quraish Shihab, M.A.


0 vxcfgdsdhghgwegf yfteift:

Bagi teman yang ingin membaca Al-qur'an sila klik disini! dan jika ingin membaca Al-qur'an dan terjemahanya sila klik disini!

Pasang Iklan Gratiiisss

ads ads ads ads ads ads

Sudah siap Memulai Bisnis Internet ?

Bagi anda yang pengen dapat uang saku tambahan silakan coba yang satu ini, anda hanya di minta untuk mengklik iklan lalu anda dibayar.buruan daftar di donkeymails bawah ini DonkeyMails.com: No Minimum Payout

PUISI KU

Untaian Rindu Kurindu padaMu ... Kerinduanku ingin bisa lebih dekat denganMu Kuingin lebih merasakan kebersamaan denganMu Kuingin dihatiku Kau bersemayam Diatas segala-galanya Kapan aku bisa mencintaiMu Lebih dalam ... Dan jauh lebih tulus Aku benar-benar merindukanMu Rinduku yang tak berujung padaMu Rasa rindu yang mendalam Didalam hati Berilah percikan cintaMu didalam hati Hatiku haus akan cintaMu Dan begitu rindu akan diriMu

Ilmu Islam

  1. Ya ALLAH
  2. Pikirkan dan Syukurilah!
  3. Yang Lalu Biar Berlalu
  4. Hari Ini Milik Anda
  5. Biarkan Masa Depan Datang Sendiri
  6. Cara Mudah Menghadapi Kritikan Pedas
  7. Jangan Mengharap "Terima Kasih" dari Seseorang
  8. Berbuat Baik Terhadap Orang Lain, Melapangkan Dada...
  9. Isi Waktu Luang Dengan Berbuat!
  10. Jangan Latah!
  11. Qadha' dan Qadar
  12. Bersama Kesulitan Ada Kemudahan
  13. Jadikan Buah Lemon Itu Minuman yang Manis!
  14. Siapakah yang Memperkenankan Doa Orang yang Kesuli...
  15. Semoga Rumahmu Membuat Bahagia
  16. Ganti Itu dari Allah
  17. Iman Adalah Kehidupan
  18. Ambil Madunya, Tapi Jangan Hancurkan Sarangnya!
  19. "Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang."
  20. "Ataukah mereka dengki pada manusia atas apa yang ...
  21. Hadapi Hidup Ini Apa Adanya!
  22. Yakinilah Bahwa Anda Tetap Mulia Bersama Para Pene...
  23. Shalat.... Shalat....
  24. "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah ad...
  25. "Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi!'"
  26. Sabar Itu Indah ...
  27. Jangan Meletakkan Bola Dunia di Atas Kepala!
  28. Jangan Sampai Hal-hal yang Sepele Membinasakan And...
  29. Terimalah Setiap Pemberian Allah dengan Rela Hati,...
  30. Selalu Ingatlah Pada Surga yang Seluas Langit dan ...
  31. "Demikianlah, Telah Kami Jadikan Kamu Umat Yang Ad...
  32. 32. Bersedih: Tak Diajarkan Syariat dan Tak Bermanfaat...
  33. Rehat
  34. Tersenyumlah!
  35. Rehat 2
  36. Nikmatnya Rasa Sakit
  37. Nikmatnya Rasa Sakit
  38. Seni Bergembira
  39. Rehat 3
  40. Mengendalikan Emosi
  41. Kebahagiaan Para Sahabat Bersama Rasulullah s.a.w....
  42. Enyahkan Kejenuhan dari Hidupmu!
  43. Buanglah Rasa Cemas!
  44. Rehat 4
  45. Jangan Bersedih, Karena Rabb Maha Pengampun Dosa d...
  46. Jangan Bersedih, Semua Hal Akan Terjadi Sesuai Qad...
  47. Jangan Bersedih, Tunggulah Jalan Keluar!
  48. Rehat 5
  49. Jangan Bersedih, Perbanyaklah Istighfar Karena All...
  50. Jangan Bersedih, Ingatlah Allah Selalu!
  51. Jangan Bersedih dan Putus Asa dari Rahmat Allah!
  52. Jangan Bersedih Atas Kegagalan, Karena Anda Masih ...
  53. Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Tak Pantas Anda ...
  54. Jangan Bersedih, Usirlah Setiap Kegalauan!
  55. Jangan Bersedih Bila Kebaikan Anda Tak Dihargai Or...
  56. Jangan Bersedih Atas Cercaan dan Hinaan Orang!
  57. Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Sedikit, Sebab P...
  58. Jangan Bersedih Atas Apa yang Masih Mungkin Akan T...
  59. Jangan Bersedih Menghadapi Kritikan dan Hinaan! Se...
  60. Rehat 6
  61. Jangan Bersedih! Pilihlah Apa yang Telah Dipilih A...
  62. Jangan Bersedih dan Mempedulikan Perilaku Orang
  63. Jangan Bersedih dan Pahamilah Harga yang Anda Sedi...
  64. Jangan Bersedih Selama Anda Masih Dapat Berbuat Ba...
  65. Jangan Bersedih Jika Mendengar Kata-kata Kasar, Ka...
  66. Rehat 7
  67. Jangan Bersedih! Sebab Bersabar Atas Sesuatu yang ...
  68. Jangan Bersedih Karena Perlakuan Orang Lain, Tapi ...
  69. Jangan Bersedih Karena Rezeki yang Sulit
  70. Jangan Bersedih, Karena Masih Ada Sebab-sebab yang...
  71. Jangan Memakai Baju Kepribadian Orang Lain
  72. 'Uzlah dan Dampak Positifnya
  73. Jangan Bersedih Karena Tertimpa Kesulitan!
  74. Rehat 8
  75. Jangan Bersedih, Inilah Kiat-Kiat untuk Bahagia
  76. Ulasan AL QURAN 1
  77. Ulasan AL QURAN 2
  78. Ulasan Mengenai TUHAN 1
  79. Ulasan Mengenai TUHAN 2
  80. Ulasan Mengenai TUHAN 3
  81. Ulasan Mengenai TUHAN 4
  82. Tentang Nabi MUHAMMAD S.A.W
  83. Tentang Nabi MUHAMMAD S.A.W - bagian 2
  84. Tentang Nabi MUHAMMAD S.A.W - bagian 3
  85. TAKDIR
  86. TAKDIR - bagian 2
  87. 87. TAKDIR - bagian 3
  88. KEMATIAN
  89. KEMATIAN - bagian 2
  90. Hari AKHIRAT
  91. Hari AKHIRAT - bagian 2
  92. Hari AKHIRAT - bagian 3
  93. Hari AKHIRAT - bagian 4
  94. Keadilan dan Kesejahteraan
  95. Keadilan dan Kesejahteraan - bagian 2
  96. Keadilan dan Kesejahteraan - bagian 3
  97. Makanan
  98. Ahklak bagian 2
  99. Ahklak bagian 3
  100. PAKAIAN
  101. PAKAIAN bagian 2
  102. PAKAIAN bagian 3
  103. PAKAIAN bagian 4
  104. Akhlak
  105. KESEHATAN
  106. KESEHATAN bagian 2
  107. PERNIKAHAN
  108. PERNIKAHAN bagian 2
  109. PERNIKAHAN bagian 3
  110. SYUKUR
  111. SYUKUR bagian 2
  112. SYUKUR bagian 3
  113. HALAL BIHALAL
  114. HALAL BIHALAL bagian 2
  115. MANUSIA
  116. MANUSIA bagian 2
  117. MANUSIA bagian 3
  118. PEREMPUAN
  119. PEREMPUAN bagian 2
  120. PEREMPUAN bagian 3
  121. PEREMPUAN bagian 4
  122. Masyarakat
  123. UMMAT
  124. KEBANGSAAN
  125. KEBANGSAAN bagian 2
  126. KEBANGSAAN bagian 3
  127. AHL AL KITAB
  128. AHL AL KITAB bagian 2
  129. AHL AL KITAB bagian 3
  130. AHL AL KITAB bagian 4
  131. AGAMA
  132. SENI
  133. SENI bagian 2
  134. EKONOMI
  135. EKONOMI bagian 2
  136. POLITIK
  137. POLITIK
  138. POLITIK bagian 2
  139. ILMU dan TEKNOLOGI
  140. ILMU dan TEKNOLOGI bagian 2
  141. KEMISKINAN
  142. MASJID
  143. MUSYAWARAH
  144. MUSYAWARAH bagian 2
  145. Ukhuwah
  146. Ukhuwah bagian 2
  147. JIHAD
  148. JIHAD bagian 2
  149. P U A S A
  150. P U A S A bagian 2
  151. LAILATUL QADAR
  152. W A K T U
  153. W A K T U bagian 2
  154. Nasihat untuk Menikah Menurut Islam
  155. Di Jalan Dakwah Aku Menikah
  156. Ringkasan buku : Aku Ingin Menikah, Tapi ... ::..
  157. ALASAN TEPAT UNTUK MENIKAH
  158. Keotentikan Al-Quran
  159. Bukti-bukti Kesejarahan Al - qur'an
  160. Penulisan Mushhaf Al-Qur'an
  161. Bukti Kebenaran Al-Quran bagian 1
  162. Bukti Kebenaran Al-Quran bagian 2
  163. Sejarah Turunnya dan Tujuan Pokok Al-Quran
  164. Periode Turunnya Al-Quran bagian 1
  165. Periode Turunnya Al-Quran bagian 2
  166. Periode Turunnya Al-Quran bagian 3
  167. Dakwah menurut Al-Quran
  168. Tujuan Pokok Al-Quran
  169. Kebenaran Ilmiah Al-Quran
  170. Sistem Penalaran menurut Al-Quran
  171. Ciri Khas Ilmu Pengetahuan
  172. Perkembangan Tafsir
  173. Hikmah Ayat Ilmiah Al-Quran
  174. Mengapa Tafsir Ilmiah Meluas? bagian 1
  175. Mengapa Tafsir Ilmiah Meluas? bagian 2
  176. Bagaimana Memahami Al-Quran di Masa Kini? bagian 1...
  177. Bagaimana Memahami Al-Quran di Masa Kini? bagian 2...
  178. Al-Quran, Ilmu, dan Filsafat Manusia
  179. Al-Quran di Tengah Perkembangan Ilmu
  180. Al-Quran di Tengah Perkembangan Ilmu bagian 2
  181. Al-Quran di Tengah Perkembangan Filsafat
  182. Al-Quran di Tengah Perkembangan Filsafat bagian 2
  183. Sejarah Perkembangan Tafsir
  184. Kodifikasi Tafsir
  185. Metode Tafsir
  186. Kebebasan dan Pembatasan dalam Tafsir
  187. Kebebasan dalam Menafsirkan Al-Quran
  188. Pembatasan dalam Menafsirkan Al-Quran bagian 1
  189. Pembatasan dalam Menafsirkan Al-Quran bagian 2
  190. Perubahan Sosial
  191. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
  192. Bidang Bahasa
  193. Haramnya durhaka kepada kedua orang tua
  194. Syirik Kecil bagian 1
  195. Syirik Kecil bagian 2
  196. HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE bagia 1
  197. HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE bagia 2
  198. Hukum Mengenakan Pakaian Yang Bergambar Dan Menyim...
  199. Perkembangan Metodologi Tafsir
  200. Perkembangan Metodologi Tafsir 2
  201. Perkembangan Metodologi Tafsir 3
  202. Tafsir dan Modernisasi
  203. Tafsir dan Modernisasi 2
  204. Penafsiran Ilmiah Al-Quran
  205. Penafsiran Ilmiah Al-Quran 2
  206. Penafsiran Ilmiah Al-Quran 3
  207. Penafsiran Ilmiah Al-Quran 4
  208. Metode Tafsir Tematik
  209. Beberapa Problem Tafsir
  210. Metode Mawdhu'iy
  211. Keistimewaan Metode Mawdhu'iy
  212. Perbedaan Metode Mawdhu'iy dengan Metode Analisis
  213. Perbedaan Metode Mawdhu'iy dengan Metode Komparasi...
  214. Hubungan Hadis dan Al-Quran
  215. Fungsi Hadis terhadap Al-Quran
  216. Pemahaman atas Makna Hadis
  217. Fungsi dan Posisi Sunah Dalam Tafsir bgn 1
  218. Fungsi dan Posisi Sunah Dalam Tafsir bgn 2
  219. Ayat-ayat Kawniyyah dalam Al-Quran
  220. Al-Qur'an dan Alam Raya
  221. Pendapat Para Ulama tentang Penafsiran Ilmiah
  222. Segi Bahasa Al-Quran dan Korelasi Antar Ayatnya
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

By Support