Pages

Sabtu, 31 Oktober 2009

Makanan

Makanan atau tha'am dalam bahasa Al-Quran adalah segala
sesuatu yang dimakan atau dicicipi. Karena itu "minuman" pun
termasuk dalam pengertian tha'am. Al-Quran surat Al-Baqarah
ayat 249, menggunakan kata syariba (minum) dan yath'am (makan)
untuk objek berkaitan dengan air minum.

Kata tha'am dalam berbagai bentuknya terulang dalam Al-Quran
sebanyak 48 kali yang antara lain berbicara tentang berbagai
aspek berkaitan dengan makanan. Belum lagi ayat-ayat lain yang
menggunakan kosa kata selainnya.

Perhatian Al-Quran terhadap makanan sedemikian besar,
sampai-sampai menurut pakar tafsir Ibrahim bin Umar Al-Biqa'i,
"Telah menjadi kebiasaan Allah dalam Al-Quran bahwa Dia
menyebut diri-Nya sebagai Yang Maha Esa, serta membuktikan hal
tersebut melalui uraian tentang ciptaan-Nya, kemudian
memerintahkan untuk makan (atau menyebut makanan)."

Lebih jauh dapat dikatakan bahwa Al-Quran menjadikan kecukupan
pangan serta terciptanya stabilitas keamanan sebagai dua sebab
utama kewajaran beribadah kepada Allah. Begitu antara lain
kandungan firman-Nya dalam surat Quraisy (106): 3-4,

Hendaklah mereka menyembah Allah, yang memberi mereka
makan sehingga terhindar dari lapar dan memberi
keamanan dari segala macam ketakutan.

PERINTAH MAKAN

Menarik untuk disimak bahwa bahasa Al-Quran menggunakan kata
akala dalam berbagai bentuk untuk menunjuk pada aktivitas
"makan". Tetapi kata tersebut tidak digunakannya semata-mata
dalam arti "memasukkan sesuatu ke tenggorokan", tetapi ia
berarti juga segala aktivitas dan usaha. Perhatikan misalnya
surat Al-Nisa 14): 4:

Dan serahkanlah mas kawin kepada wanita-wanita (yang
kamu kawini), sebagai pemberian dengan penuh ketulusan.
Kemudian jika mereka menyerahkan kepadamu sebagian dari
mas kawin itu dengan senang hati maka makanlah
(ambil/gunakanlah) pemberian itu, (sebagai makanan)
yang sedap lagi baik akibatnya.

Diketahui oleh semua pihak bahwa mas kawin tidak harus bahkan
tidak lazim berupa makanan, namun demikian ayat ini
menggunakan kata "makan" untuk penggunaan mas kawin tersebut.
Firman Allah dalam surat Al-An'am (61: 121)

Dan janganlah makan yang tidak disebut nama Allah
atasnya (ketika menyembelihnya)

Penggalan ayat ini dipahami oleh Syaikh Abdul Halim Mahmud
--mantan Pemimpin Tertinggi Al-Azhar-- sebagai larangan untuk
melakukan aktivitas apa pun yang tidak disertai nama Allah.
Ini disebabkan karena kata "makan" di sini dipahami dalam arti
luas yakni "segala bentuk aktivitas". Penggunaan kata tersebut
untuk arti aktivitas, seakan-akan menyatakan bahwa aktivitas
membutuhkan kalori, dan kalori diperoleh melalui makanan.

Boleh jadi menarik juga untuk dikemukakan bahwa semua ayat
yang didahului oleh panggilan mesra Allah untuk ajakan makan,
baik yang ditujukan kepada seluruh manusia: Ya ayyuhan nas,
kepada Rasul: Ya ayyuhar Rasul, maupun kepada orang-orang
mukmin: ya ayyuhal ladzina amanu, selalu dirangkaikan dengan
kata halal atau dan thayyibah (baik). Ini menunjukkan bahwa
makanan yang terbaik adalah yang memenuhi kedua sifat
tersebut. Selanjutnya ditemukan bahwa dari sembilan ayat yang
memerintahkan orang-orang Mukmin untuk makan, lima di
antaranya dirangkaikan dengan kedua kata tersebut. Dua
dirangkaikan dengan pesan mengingat Allah dan membagikan
makanan kepada orang melarat dan butuh, sekali dalam konteks
memakan sembelihan yang disebut nama Allah ketika
menyembelihnya, dan sekali dalam konteks berbuka puasa.

Mengingat Allah dan menyebut nama-Nya --baik ketika berbuka
puasa maupun selainnya-- dapat mengantar sang Mukmin mengingat
pesan-pesan-Nya.

APA YANG HALAL DIMAKAN?

Al-Quran menyatakan,

Dia (Allah) menciptakan untuk kamu apa yang ada di bumi
seluruhnya (QS Al-Baqarah [2]: 29).

Dan Dia (Allah) yang telah menundukkan untuk kamu
segala yang ada di langit dan di bumi semua bersumber
dari-Nya (QS Al-Jatsiyah [45]: 13).

Bertitik tolak dari kedua ayat tersebut dan beberapa ayat
lain, para ulama berkesimpulan bahwa pada prinsipnya segala
sesuatu yang ada di alam raya ini adalah halal untuk
digunakan, sehingga makanan yang terdapat didalamnya juga
adalah halal. Karena itu Al-Quran bahkan mengecam mereka yang
mengharamkan rezeki halal yang disiapkan Allah untuk manusia.

Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang
diturunkan Allah kepada kamu, lalu kamu jadikan
sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal." Katakanlah,
"Apakah Allah memberi izin kepada kamu (untuk melakukan
itu) atau kamu mengada-ada saja terhadap Allah?" (QS
Yunus [10]: 59).

Pengecualian atau pengharaman harus bersumber dari Allah
--baik melalui Al-Quran maupun Rasul-- sedang pengecualian itu
lahir dan disebabkan oleh kondisi manusia, karena ada makanan
yang dapat memberi dampak negatif terhadap jiwa raganya. Atas
dasar ini, turun perintah-Nya antara lain dalam surat
Al-Baqarah (2): 168,

Wahai seluruh manusia, makanlah yang halal lagi baik
dari apa saja yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya
setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Rincian pengecualian itu tidak jarang diperselisihkan oleh
para ulama, baik disebabkan oleh perbedaan penafsiran
ayatayat, maupun penilaian kesahihan dan makna hadis-hadis
Nabi Saw.

Makanan yang diuraikan oleh Al-Quran dapat dibagi dalam tiga
kategori pokok, yaitu nabati, hewani, dan olahan.

1. Tidak ditemukan satu ayat pun yang secara eksplisit
melarang makanan nabati tertentu. Surat 'Abasa yang
memerintahkan manusia untuk memperhatikan makanannya
menyebutkan sekian banyak jenis tumbuhan yang telah disiapkan
Allah untuk kepentingan manusia dan binatang.

Maka hendaklah manusia memperhatikan makanannya.
Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air
(dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan
sebaik-baiknya. Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi
itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan pohon kunna,
kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta
rumput-rumputan, untuk kesenangan kamu dan untuk
binatang ternakmu (QS 'Abasa [80]: 24-32).

Kalaupun ada tumbuh-tumbuhan tertentu, yang kemudian
terlarang, maka hal tersebut termasuk dalam larangan umum
memakan sesuatu yang buruk, atau merusak kesehatan.

2. Adapun makanan jenis hewani, maka Al-Quran membaginya dalam
dua kelompok besar, yaitu yang berasal dari laut dan darat.

Hewan laut yang hidup di air asin dan tawar dihalalkan Allah,
Al-Quran surat Al-Nahl (16): 14' menegaskan:

Dan Dia (Allah) yang menundukkan laut untuk kamu agar
kamu dapat memakan darinya daging yang segar (ikan dan
sebangsanya).

Bahkan hewan laut/sungai yang mati dengan sendirinya (bangkai)
tetap dibolehkan berdasarkan surat Al-Ma-idah [5]: 96:

Dihalalkan bagi kamu binatang buruan laut dan makanan
yang berasal dari laut, sebagai makanan yang lezat bagi
kamu dan orang-orang yang dalam perjalanan.

"Buruan laut" maksudnya adalah binatang yang diperoleh dengan
jalan usaha seperti mengail, memukat, dan sebagainya, baik
dari laut, sungai, danau, kolam, dan 1ain-1ain. Sedang kata
"makanan yang berasal dari laut" adalah ikan dan semacamnya
yang diperoleh dengan mudah karena telah mati sehingga
mengapung. Makna ini dipahami dan sejalan dengan penjelasan
Rasul Saw. yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim,
At-Tirmidzi, An-Nasa'i, dan lain-lain melalui sahabat Nabi Abu
Hurairah yang menyatakan tentang laut:

Laut adalah suci airnya dan halal bangkainya

Ini menurut banyak ulama sejalan juga dengan firman Allah
dalam surat Al-Ma-idah (5): 96.

Memang, ada ulama yang mengecualikan hewan yang dapat hidup di
darat dan di laut, namun pengecualian tersebut diperselisihkan
para ulama, apalagi ia bukan datang dari Al-Quran, tetapi
riwayat yang dinisbahkan kepada Nabi Saw.

Adapun hewan yang hidup di darat, maka Al-Quran menghalalkan
secara eksplisit al-an'am (unta, sapi, dan kambing), dan
mengharamkan secara tegas babi. Namun ini bukan berarti bahwa
selainnya semua halal atau haram.

Seperti yang diisyaratkan di atas, tentang pengecualian dari
makanan yang dihalalkan, dalam soal ini ditemukan perbedaan
pendapat ulama tentang hewan-hewan darat yang dikecualikan
itu.

Imam Malik misalnya, sangat membatasi pengecualian tersebut,
karena berpegang kepada surat Al-An'am (6): 145,

Tidaklah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang-orang yang
hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai,
atau darah yang mengalir atau daging babi karena
sesungguhnya semua itu rijs (kotor), atau binatang yang
disembelih atas nama selain Allah...

Ayat ini dipahami oleh Imam Malik sebagai membatasi yang haram
dalam batas-batas yang disebut itu, apalagi masih ada
ayat-ayat lain yang turun sesudah ayat ini yang juga memberi
pembatasan serupa seperti surat Al-Baqarah (2): 173.

Imam Syafi'i --misalnya-- berpegang kepada sekian banyak hadis
Nabi yang dinilainya tidak bertentangan dengan kandungan ayat
tersebut. Karena walaupun redaksi ayat tersebut dalam bentuk
hashr (pembatasan atau pengecualian), namun itu tidak dimaksud
sebagai pengecualian hakiki.

Di sisi lain, penjelasan tentang haramnya babi seperti dikutip
di atas adalah karena ia rijs (kotor).

Walaupun ilmuwan belum sepenuhnya mengetahui sisi-sisi rijs
(kekotoran) baik lahiriah maupun batiniah yang diakibatkan
oleh babi, namun dapat diambil kesimpulan bahwa segala macam
binatang yang memiliki sifat rijs tentu saja diharamkan Allah.
Di sinilah antara lain fungsi Rasul Saw. sebagai penjelas
kitab suci Al-Quran. Surat Al-A'raf (7): 157 melukiskan Nabi
Muhammad Saw. antara 1ain sebagai:

Menghalalkan untuk mereka (umatnya) yang baik-baik, dan
mengharamkan yang khabits (buruk).

Nah, atas dasar inilah dipertemukan hadis-hadis Nabi yang
mengharamkan makanan-makanan tertentu dengan ayat-ayat yang
menggunakan redaksi pembatasan di atas. Misalnya hadis yang
mengharamkan semua binatang yang bertaring (buas), burung yang
memiliki cakar (buas), binatang yang hidup di darat dan di
air, dan sebagainya.

Di samping itu, Al-Quran seperti terbaca pada ayat yang lalu,
mengharamkan:

Memakan sembelihan yang disembelih selain atas nama Allah,
atau dalam bahasa ayat lain:

Janganlah kamu memakan apa-apa yang tidak disebut nama
Allah atasnya, karena yang demikian itu adalah
kefasikan (QS Al-An'am [6]: 121).

---------------- (bersambung 2/3)
WAWASAN AL-QURAN
Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat
Dr. M. Quraish Shihab, M.A.

0 vxcfgdsdhghgwegf yfteift:

Bagi teman yang ingin membaca Al-qur'an sila klik disini! dan jika ingin membaca Al-qur'an dan terjemahanya sila klik disini!

Pasang Iklan Gratiiisss

ads ads ads ads ads ads

Sudah siap Memulai Bisnis Internet ?

Bagi anda yang pengen dapat uang saku tambahan silakan coba yang satu ini, anda hanya di minta untuk mengklik iklan lalu anda dibayar.buruan daftar di donkeymails bawah ini DonkeyMails.com: No Minimum Payout

PUISI KU

Untaian Rindu Kurindu padaMu ... Kerinduanku ingin bisa lebih dekat denganMu Kuingin lebih merasakan kebersamaan denganMu Kuingin dihatiku Kau bersemayam Diatas segala-galanya Kapan aku bisa mencintaiMu Lebih dalam ... Dan jauh lebih tulus Aku benar-benar merindukanMu Rinduku yang tak berujung padaMu Rasa rindu yang mendalam Didalam hati Berilah percikan cintaMu didalam hati Hatiku haus akan cintaMu Dan begitu rindu akan diriMu

Ilmu Islam

  1. Ya ALLAH
  2. Pikirkan dan Syukurilah!
  3. Yang Lalu Biar Berlalu
  4. Hari Ini Milik Anda
  5. Biarkan Masa Depan Datang Sendiri
  6. Cara Mudah Menghadapi Kritikan Pedas
  7. Jangan Mengharap "Terima Kasih" dari Seseorang
  8. Berbuat Baik Terhadap Orang Lain, Melapangkan Dada...
  9. Isi Waktu Luang Dengan Berbuat!
  10. Jangan Latah!
  11. Qadha' dan Qadar
  12. Bersama Kesulitan Ada Kemudahan
  13. Jadikan Buah Lemon Itu Minuman yang Manis!
  14. Siapakah yang Memperkenankan Doa Orang yang Kesuli...
  15. Semoga Rumahmu Membuat Bahagia
  16. Ganti Itu dari Allah
  17. Iman Adalah Kehidupan
  18. Ambil Madunya, Tapi Jangan Hancurkan Sarangnya!
  19. "Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang."
  20. "Ataukah mereka dengki pada manusia atas apa yang ...
  21. Hadapi Hidup Ini Apa Adanya!
  22. Yakinilah Bahwa Anda Tetap Mulia Bersama Para Pene...
  23. Shalat.... Shalat....
  24. "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah ad...
  25. "Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi!'"
  26. Sabar Itu Indah ...
  27. Jangan Meletakkan Bola Dunia di Atas Kepala!
  28. Jangan Sampai Hal-hal yang Sepele Membinasakan And...
  29. Terimalah Setiap Pemberian Allah dengan Rela Hati,...
  30. Selalu Ingatlah Pada Surga yang Seluas Langit dan ...
  31. "Demikianlah, Telah Kami Jadikan Kamu Umat Yang Ad...
  32. 32. Bersedih: Tak Diajarkan Syariat dan Tak Bermanfaat...
  33. Rehat
  34. Tersenyumlah!
  35. Rehat 2
  36. Nikmatnya Rasa Sakit
  37. Nikmatnya Rasa Sakit
  38. Seni Bergembira
  39. Rehat 3
  40. Mengendalikan Emosi
  41. Kebahagiaan Para Sahabat Bersama Rasulullah s.a.w....
  42. Enyahkan Kejenuhan dari Hidupmu!
  43. Buanglah Rasa Cemas!
  44. Rehat 4
  45. Jangan Bersedih, Karena Rabb Maha Pengampun Dosa d...
  46. Jangan Bersedih, Semua Hal Akan Terjadi Sesuai Qad...
  47. Jangan Bersedih, Tunggulah Jalan Keluar!
  48. Rehat 5
  49. Jangan Bersedih, Perbanyaklah Istighfar Karena All...
  50. Jangan Bersedih, Ingatlah Allah Selalu!
  51. Jangan Bersedih dan Putus Asa dari Rahmat Allah!
  52. Jangan Bersedih Atas Kegagalan, Karena Anda Masih ...
  53. Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Tak Pantas Anda ...
  54. Jangan Bersedih, Usirlah Setiap Kegalauan!
  55. Jangan Bersedih Bila Kebaikan Anda Tak Dihargai Or...
  56. Jangan Bersedih Atas Cercaan dan Hinaan Orang!
  57. Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Sedikit, Sebab P...
  58. Jangan Bersedih Atas Apa yang Masih Mungkin Akan T...
  59. Jangan Bersedih Menghadapi Kritikan dan Hinaan! Se...
  60. Rehat 6
  61. Jangan Bersedih! Pilihlah Apa yang Telah Dipilih A...
  62. Jangan Bersedih dan Mempedulikan Perilaku Orang
  63. Jangan Bersedih dan Pahamilah Harga yang Anda Sedi...
  64. Jangan Bersedih Selama Anda Masih Dapat Berbuat Ba...
  65. Jangan Bersedih Jika Mendengar Kata-kata Kasar, Ka...
  66. Rehat 7
  67. Jangan Bersedih! Sebab Bersabar Atas Sesuatu yang ...
  68. Jangan Bersedih Karena Perlakuan Orang Lain, Tapi ...
  69. Jangan Bersedih Karena Rezeki yang Sulit
  70. Jangan Bersedih, Karena Masih Ada Sebab-sebab yang...
  71. Jangan Memakai Baju Kepribadian Orang Lain
  72. 'Uzlah dan Dampak Positifnya
  73. Jangan Bersedih Karena Tertimpa Kesulitan!
  74. Rehat 8
  75. Jangan Bersedih, Inilah Kiat-Kiat untuk Bahagia
  76. Ulasan AL QURAN 1
  77. Ulasan AL QURAN 2
  78. Ulasan Mengenai TUHAN 1
  79. Ulasan Mengenai TUHAN 2
  80. Ulasan Mengenai TUHAN 3
  81. Ulasan Mengenai TUHAN 4
  82. Tentang Nabi MUHAMMAD S.A.W
  83. Tentang Nabi MUHAMMAD S.A.W - bagian 2
  84. Tentang Nabi MUHAMMAD S.A.W - bagian 3
  85. TAKDIR
  86. TAKDIR - bagian 2
  87. 87. TAKDIR - bagian 3
  88. KEMATIAN
  89. KEMATIAN - bagian 2
  90. Hari AKHIRAT
  91. Hari AKHIRAT - bagian 2
  92. Hari AKHIRAT - bagian 3
  93. Hari AKHIRAT - bagian 4
  94. Keadilan dan Kesejahteraan
  95. Keadilan dan Kesejahteraan - bagian 2
  96. Keadilan dan Kesejahteraan - bagian 3
  97. Makanan
  98. Ahklak bagian 2
  99. Ahklak bagian 3
  100. PAKAIAN
  101. PAKAIAN bagian 2
  102. PAKAIAN bagian 3
  103. PAKAIAN bagian 4
  104. Akhlak
  105. KESEHATAN
  106. KESEHATAN bagian 2
  107. PERNIKAHAN
  108. PERNIKAHAN bagian 2
  109. PERNIKAHAN bagian 3
  110. SYUKUR
  111. SYUKUR bagian 2
  112. SYUKUR bagian 3
  113. HALAL BIHALAL
  114. HALAL BIHALAL bagian 2
  115. MANUSIA
  116. MANUSIA bagian 2
  117. MANUSIA bagian 3
  118. PEREMPUAN
  119. PEREMPUAN bagian 2
  120. PEREMPUAN bagian 3
  121. PEREMPUAN bagian 4
  122. Masyarakat
  123. UMMAT
  124. KEBANGSAAN
  125. KEBANGSAAN bagian 2
  126. KEBANGSAAN bagian 3
  127. AHL AL KITAB
  128. AHL AL KITAB bagian 2
  129. AHL AL KITAB bagian 3
  130. AHL AL KITAB bagian 4
  131. AGAMA
  132. SENI
  133. SENI bagian 2
  134. EKONOMI
  135. EKONOMI bagian 2
  136. POLITIK
  137. POLITIK
  138. POLITIK bagian 2
  139. ILMU dan TEKNOLOGI
  140. ILMU dan TEKNOLOGI bagian 2
  141. KEMISKINAN
  142. MASJID
  143. MUSYAWARAH
  144. MUSYAWARAH bagian 2
  145. Ukhuwah
  146. Ukhuwah bagian 2
  147. JIHAD
  148. JIHAD bagian 2
  149. P U A S A
  150. P U A S A bagian 2
  151. LAILATUL QADAR
  152. W A K T U
  153. W A K T U bagian 2
  154. Nasihat untuk Menikah Menurut Islam
  155. Di Jalan Dakwah Aku Menikah
  156. Ringkasan buku : Aku Ingin Menikah, Tapi ... ::..
  157. ALASAN TEPAT UNTUK MENIKAH
  158. Keotentikan Al-Quran
  159. Bukti-bukti Kesejarahan Al - qur'an
  160. Penulisan Mushhaf Al-Qur'an
  161. Bukti Kebenaran Al-Quran bagian 1
  162. Bukti Kebenaran Al-Quran bagian 2
  163. Sejarah Turunnya dan Tujuan Pokok Al-Quran
  164. Periode Turunnya Al-Quran bagian 1
  165. Periode Turunnya Al-Quran bagian 2
  166. Periode Turunnya Al-Quran bagian 3
  167. Dakwah menurut Al-Quran
  168. Tujuan Pokok Al-Quran
  169. Kebenaran Ilmiah Al-Quran
  170. Sistem Penalaran menurut Al-Quran
  171. Ciri Khas Ilmu Pengetahuan
  172. Perkembangan Tafsir
  173. Hikmah Ayat Ilmiah Al-Quran
  174. Mengapa Tafsir Ilmiah Meluas? bagian 1
  175. Mengapa Tafsir Ilmiah Meluas? bagian 2
  176. Bagaimana Memahami Al-Quran di Masa Kini? bagian 1...
  177. Bagaimana Memahami Al-Quran di Masa Kini? bagian 2...
  178. Al-Quran, Ilmu, dan Filsafat Manusia
  179. Al-Quran di Tengah Perkembangan Ilmu
  180. Al-Quran di Tengah Perkembangan Ilmu bagian 2
  181. Al-Quran di Tengah Perkembangan Filsafat
  182. Al-Quran di Tengah Perkembangan Filsafat bagian 2
  183. Sejarah Perkembangan Tafsir
  184. Kodifikasi Tafsir
  185. Metode Tafsir
  186. Kebebasan dan Pembatasan dalam Tafsir
  187. Kebebasan dalam Menafsirkan Al-Quran
  188. Pembatasan dalam Menafsirkan Al-Quran bagian 1
  189. Pembatasan dalam Menafsirkan Al-Quran bagian 2
  190. Perubahan Sosial
  191. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
  192. Bidang Bahasa
  193. Haramnya durhaka kepada kedua orang tua
  194. Syirik Kecil bagian 1
  195. Syirik Kecil bagian 2
  196. HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE bagia 1
  197. HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE bagia 2
  198. Hukum Mengenakan Pakaian Yang Bergambar Dan Menyim...
  199. Perkembangan Metodologi Tafsir
  200. Perkembangan Metodologi Tafsir 2
  201. Perkembangan Metodologi Tafsir 3
  202. Tafsir dan Modernisasi
  203. Tafsir dan Modernisasi 2
  204. Penafsiran Ilmiah Al-Quran
  205. Penafsiran Ilmiah Al-Quran 2
  206. Penafsiran Ilmiah Al-Quran 3
  207. Penafsiran Ilmiah Al-Quran 4
  208. Metode Tafsir Tematik
  209. Beberapa Problem Tafsir
  210. Metode Mawdhu'iy
  211. Keistimewaan Metode Mawdhu'iy
  212. Perbedaan Metode Mawdhu'iy dengan Metode Analisis
  213. Perbedaan Metode Mawdhu'iy dengan Metode Komparasi...
  214. Hubungan Hadis dan Al-Quran
  215. Fungsi Hadis terhadap Al-Quran
  216. Pemahaman atas Makna Hadis
  217. Fungsi dan Posisi Sunah Dalam Tafsir bgn 1
  218. Fungsi dan Posisi Sunah Dalam Tafsir bgn 2
  219. Ayat-ayat Kawniyyah dalam Al-Quran
  220. Al-Qur'an dan Alam Raya
  221. Pendapat Para Ulama tentang Penafsiran Ilmiah
  222. Segi Bahasa Al-Quran dan Korelasi Antar Ayatnya
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

By Support