Kembali kepada persoalan di atas, ditemukan bahwa
ulama-ulama tafsir bila menemukan istilah Ahl Al-Kitab dalam
sebuah ayat, seringkali menjelaskan siapa yang dimaksud
dengan istilah tersebut. Hal ini wajar karena Al-Qur'an
secara tegas menyatakan bahwa Ahl Al-Kitab tidak sama dalam
sifat dan sikapnya terhadap Islam dan kaum Muslim (QS Ali
'Imran [3]: 113). Itu pula sebabnya, dalam hal-hal yang
dapat menimbulkan kerancuan pemahaman istilah itu, Al-Qur'an
tidak jarang memberi penjelasan tambahan yang berkaitan
dengan sifat atau ciri khusus Ahl Al-Kitab yang dimaksudnya.
Perhatikan misalnya ayat yang berbicara tentang kebolehan
kawin dengan wanita Ahl Al-Kitab, di sana ditambahkan kata
wal muhshanat (wanita-wanita yang memelihara kehormatannya),
sedang ketika berbicara tentang kebolehan memakan sembelihan
mereka, Al-Qur'an mengemukakannya tanpa penjelasan atau
syarat.
MENGAPA ADA KECAMAN TERHADAP AHL AL-KITAB?
Kebanyakan kecaman terhadap Ahl Al-Kitab ditujukan kepada
orang Yahudi, bukan kepada orang Nasrani. Ini disebabkan
karena sejak semula ada perbedaan sikap di antara kedua
kelompok Ahl Al-Kitab itu terhadap kaum Muslim (perhatikan
kembali penggunaan kata "lan" dan "la" pada uraian di atas).
Ketika Romawi yang beragama Kristen mengalami kekalahan dari
Persia yang menyembah api (614 M), kaum Muslim merasa sedih,
dan Al-Qur'an turun menghibur mereka dengan menyatakan bahwa
dalam jangka waktu tidak lebih dari sembilan tahun, Romawi
akan menang, dan ketika itu kaum Mukmin akan bergembira:
"Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri
yang terdekat, dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang
dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah urusan sebelum dan
sesudah (mereka menang) dan di hari (kemenangan bangsa
Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena
pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya,
dan Dialah Maha Perkasa lagi Maha Penyayang" (QS Al-Rum
[30]: 1-5).
Sikap penguasa Masehi pun cukup baik terhadap kaum Muslim.
Ini antara lain terlihat dalam sambutan dan perlindungan
yang diberikan oleh penguasa Ethiopia yang beragama Nasrani
kepada kaum Muslim yang berhijrah ke sana, sehingga wajar
jika secara tegas Al-Qur'an menyatakan:
"Sesungguhnya kamu pasti akan menemukan orang-orang yang
paling keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman
ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik, dan
sesungguhnya pasti kamu dapati yang paling dekat
persahabatannya dengan orang-orang beriman adalah
orang-orang yang berkata, 'Sesungguhnya kami ini orang
Nasrani" (QS Al-Ma-idah [5]: 82).
Sebab pokok perbedaan sikap tersebut adalah kedengkian orang
Yahudi terhadap kehadiran seorang Nabi yang tidak berasal
dari golongan mereka (QS Al-Baqarah [2]: 109). Kehadiran
Nabi kemudian mengakibatkan pengaruh orang Yahudi di
kalangan masyarakat Madinah menciut, dan bahkan
menghilangkan pengaruh politik dan kepentingan ekonomi
mereka.
Di sisi lain, seperti pernyataan Al-Qur'an di atas, sebab
kedekatan sebagian orang Nasrani kepada kaum Muslim adalah:
"Karena di antara mereka terdapat pendeta-pendeta dan
rahib-rahib, dan juga karena sesungguhnya mereka tidak
menyombongkan diri" (QS Al-Ma-idah [5]: 82)
Para pendeta ketika itu relatif berhasil menanamkan ajaran
moral yang bersumber dari ajaran Isa as., sedang para rahib
yang mencerminkan sikap zuhud (menjauhkan diri dari
kenikmatan duniawi dengan berkonsentrasi pada ibadah),
berhasil pula memberi contoh kepada lingkungannya.
Keberhasilan itu didukung pula oleh tidak adanya kekuatan
sosial politik dari kalangan mereka di Makkah dan Madinah,
sehingga tidak ada faktor yang mengundang gesekan dan
benturan antara kaum Muslim dengan mereka.
Ini bertolak belakang dengan kehadiran orang Yahudi, apalagi
pendeta-pendeta mereka dikenal luas menerima sogok, memakan
riba, dan masyarakatnya pun amat materialistis-individualis-
tis.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa penyebab utama lahirnya
benturan, bukannya ajaran agama, tetapi ambisi pribadi atau
golongan, kepentingan ekonomi, dan politik, walaupun harus
diakui bahwa kepentingan tersebut dapat dikemas dengan
kemasan agama, apalagi bila ajarannya disalahpahami.
Ayat-ayat yang melarang kaum Muslim mengangkat awliya'
(pemimpin-pemimpin yang menangani persoalan umat Islam) dari
golongan Yahudi dan Nasrani serta selain mereka, harus
dipahami dalam konteks tersebut, seperti firman Allah dalam
surat Ali-'Imran [3]: 118:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi
teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu,
(karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan)
kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan
kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang
disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi.
Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika
kamu memahaminya."
Ibnu Jarir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat tersebut
turun berkenaan dengan sikap orang Yahudi Bani Quraizhah
yang mengkhianati perjanjian mereka dengan Nabi saw.,
sehingga seperti ditulis Rasyid Ridha dalam tafsirnya:
"Larangan ini baru berlaku apabila mereka memerangi atau
bermaksud jahat terhadap kaum Muslim."
Rasyid Ridha, mengkritik dengan sangat tajam pandangan
beberapa ulama tafsir seperti Al-Baidhawi dan Az-Zamakhsyari
- yang menjadikan ayat ini sebagai larangan bersahabat
dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani secara mutlak.
Dalam tafsirnya, Al-Baidhawi menguatkan pendapatnya itu
dengan hadis Nabi saw. yang menyatakan,
"(Kaum Muslim dan mereka) tidak saling melihat api
keduanya."
Maksudnya seorang Muslim tidak wajar bertempat tinggal
berdekatan dengan non-Muslim dalam jarak yang seandainya
salah satu pihak menyalakan api, maka pihak lain melihat api
itu.
Sebenarnya hadis tersebut diucapkan oleh Nabi tidak dalam
konteks umum seperti pemahaman Al-Baidhawi, tetapi dalam
konteks kewajiban berhijrah pada saat Nabi amat membutuhkan
bantuan. Dalam arti, Nabi menganjurkan umat Islam untuk
tidak tinggal di tempat di mana kaum musyrik bertempat
tinggal, tetapi mereka harus berhijrah ke tempat lain guna
mendukung perjuangan Nabi dan kaum Muslim.
Di sisi lain, hadis tersebut sebenarnya berstatus mursal,
sedangkan para ulama berselisih mengenai boleh tidaknya
hadis mursal untuk dijadikan argumen keagamaan. Rasyid Ridha
berkomentar:
"Banyak pengajar hanya merujuk kepada Tafsir Al-Baidhawi dan
Az-Zamakhsyari, sehingga wawasan pemahaman mereka terhadap
ayat dan hadis menjadi dangkal, apalagi keduanya
(Al-Baidhawi dan Az-Zamakhsyari) hanya memiliki sedikit
pengetahuan hadis, dan keduanya pun tidak banyak merujuk
kepada pendapat salaf (ulama terdahulu yang diakui
kompetensinya).{1}"
Dalam bagian lain tafsirnya, Rasyid Ridha, mengaitkan
pengertian larangan di atas dengan larangan serupa dalam
Al-Qur'an:
Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu ambil menjadi
teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu,
(karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan)
kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan
kamu. Telah nyata kebencian dan mulut mereka, dan apa yang
disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi (QS
Ali Imran [3]: 1 18)
Karena ciri-ciri tersebutlah maka larangan itu muncul,
sehingga ia hanya berlaku terhadap orang yang cirinya
demikian, kendati seagama, sebangsa, dan seketurunan dengan
seorang Muslim.
"Sebagian orang tak menyadari sebab atau syarat-syarat
tersebut, sehingga mereka berpendapat bahwa larangan ini
bersifat mutlak terhadap yang berlainan agama. Seandainya
larangan tersebut mutlak, ini tidak aneh karena orang-orang
kafir ketika itu bersatu menentang kaum Mukmin pada awal
masa kedatangan Islam, ketika ayat ini turun. Apalagi ayat
ini menurut para pakar, turun menyangkut orang-orang Yahudi.
Namun demikian ayat di atas bersyarat dengan syarat-syarat
tersebut, karena Allah swt. yang menurunkan mengetahui
perubahan sikap pro atau kontra yang dapat terjadi bagi
bangsa dan pemeluk agama. Seperti yang terlihat kemudian
dari orang-orang Yahudi yang pada awal masa Islam begitu
benci terhadap orang-orang Mukmin, namun berbalik menjadi
membantu kaum Muslim dalam beberapa peperangan (seperti di
Andalusia) atau seperti halnya orang Mesir yang membantu
kaum Muslim melawan Romawi." {2}
Dari sini dapat ditegaskan bahwa Al-Qur'an tidak menjadikan
perbedaan agama sebagai alasan untuk tidak menjalin hubungan
kerja sama, lebih lebih mengambil sikap tidak bersahabat.
Bahkan Al-Qur'an sama sekali tidak melarang seorang Muslim
untuk berbuat baik dan memberikan sebagian hartanya kepada
siapa pun selama mereka tidak memerangi kaum Muslim dengan
motivasi keagamaan atau mengusir kaum Muslim di negeri
mereka. Demikian penafsiran surat Al-Mumtahanah [60]: 8 yang
dikemukakan oleh Ibn 'Arabi Abubakar Muhammad bin Abdillah
(1076-1148 M) dalam tafsirnya Ahkam Al-Qur'an.{3}
Atas dasar itu pula sejumlah sahabat Nabi bahkan Nabi
sendiri ditegur oleh Al-Qur'an karena enggan memberi bantuan
nafkah kepada sejumlah Ahl Al-Kitab, dengan dalih bahwa
mereka enggan memeluk Islam. Demikian Al-Qurthubi ketika
menjelaskan sebab turunnya ayat 272 surat Al-Baqarah:
"Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk,
tetapi Allah yang memberi petunjuk siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan dijalan Allah, maka pahalanya adalah untukmu
jua.{4}"
Atas dasar pandangan itu pula, kaum Muslim diwajibkan oleh
Al-Qur'an memelihara rumah-rumah ibadah yang telah dibangun
oleh orang-orang Yahudi, Nasrani, dan pemeluk agama lain
berdasarkan surat Al-Hajj [22]: 40.
"Sekiranya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia.
dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan
biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat
Yahudi, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut
nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang
menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar
Mahakuat lagi Mahaperkasa."
Dari prinsip yang sama Al-Qur'an membenarkan kaum Muslim
memakan sembelihan Ahl Al-Kitab dan mengawini wanita-wanita
mereka yang menjaga kehormatannya.
SIAPA YANG DISEBUT AHL AL-KITAB?
Di atas telah dikemukakan bahwa para ulama sepakat
menyatakan bahwa Ahl Al-Kitab adalah orang Yahudi dan
Nasrani. Namun para ulama berbeda pendapat tentang rincian,
serta cakupan istilah tersebut. Uraian tentang hal ini
paling banyak dikemukakan oleh pakar-pakar Al-Qur'an ketika
mereka menafsirkan surat Al-Ma-idah [5]: 5, yang menguraikan
tentang izin memakan sembelihan Ahl Al-Kitab, dan mengawini
wanita-wanita yang memelihara kehormatannya.
Al-Maududi, seorang pakar agama Islam kontemporer, menulis
perbedaan pendapat para ulama tentang cakupan makna Ahl
Al-Kitab yang penulis rangkum sebagai berikut: {5}
Catatan kaki:
{1} Baca lebih jauh Tafsir Al-Manar, Jilid VI, hlm. 428.
{2} Tafsir Al-Manar, Jilid IV, hlm. 82
{3} Lihat Tafsir Al-Manar, Jilid IV, hlm. 1773.
{4} Ahkam Al Qur'an, III, hlm. 337.
{5} Lihat majalah Al-Wa'i Al-Islam, Kuwait, Maret 1972,
Thn. VIII, No. 86.
Bersambung 4/4
--------------------------------------------------------------------------------WAWASAN AL-QURAN
Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat
Dr. M. Quraish Shihab, M.A.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Bagi teman yang ingin membaca Al-qur'an sila klik disini! dan jika ingin membaca Al-qur'an dan terjemahanya sila klik disini!
Sudah siap Memulai Bisnis Internet ?
Bagi anda yang pengen dapat uang saku tambahan silakan coba yang satu ini, anda hanya di minta untuk mengklik iklan lalu anda dibayar.buruan daftar di donkeymails bawah ini



PUISI KU
Album Kenangan
- Teman-teman di Kelas 1.4 di MAN Tanjungpinang
- Perpisahan Kelas 3 MAN Tanjugnpinang th 1994
- panitia perlombaan
- peserta perlombaan
- di area pemeran pembngunan
- Para peserta busana muslim
- saya dan Moh yamin
- saya bersama teman2 di area pameran pembangunan
- temanku yang sedang asik di air
- 2 orang guru ku
- saya dan teman2
- Fhoto bareng teman2 di pulau sore
- Fhoto bareng di pantai trikora
- Bu Lina
- Gerak Jalan di Tanjungpinang Tahun 70-an
- Balap Sepatu Roda th 70-an di Tanjungpinang
- Balap Sepeda th 70-an di Tanjungpinang
- Pawai Pembangunan th 70-an di Tanjungpinang
- Kota Tanjungpinang masalalu
- Buka Bersama 1
- Buka Bersama 2
- Buka Bersama 3
- Buka Bersama 4
- Buka Bersama 5
- Buka Bersama 6
- Buka Bersama 7
- Buka Bersama 8
- Buka Bersama 9
- Buka Bersama 10
- Buka Bersama 11
- Buka Bersama 12
- Buka Bersama 13
- Buka Bersama 14
- Buka Bersama 15
- Buka Bersama 16
- Buka Bersama 17
- Buka Bersama 18
- Buka Bersama 19
Ilmu Islam
- Ya ALLAH
- Pikirkan dan Syukurilah!
- Yang Lalu Biar Berlalu
- Hari Ini Milik Anda
- Biarkan Masa Depan Datang Sendiri
- Cara Mudah Menghadapi Kritikan Pedas
- Jangan Mengharap "Terima Kasih" dari Seseorang
- Berbuat Baik Terhadap Orang Lain, Melapangkan Dada...
- Isi Waktu Luang Dengan Berbuat!
- Jangan Latah!
- Qadha' dan Qadar
- Bersama Kesulitan Ada Kemudahan
- Jadikan Buah Lemon Itu Minuman yang Manis!
- Siapakah yang Memperkenankan Doa Orang yang Kesuli...
- Semoga Rumahmu Membuat Bahagia
- Ganti Itu dari Allah
- Iman Adalah Kehidupan
- Ambil Madunya, Tapi Jangan Hancurkan Sarangnya!
- "Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang."
- "Ataukah mereka dengki pada manusia atas apa yang ...
- Hadapi Hidup Ini Apa Adanya!
- Yakinilah Bahwa Anda Tetap Mulia Bersama Para Pene...
- Shalat.... Shalat....
- "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah ad...
- "Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi!'"
- Sabar Itu Indah ...
- Jangan Meletakkan Bola Dunia di Atas Kepala!
- Jangan Sampai Hal-hal yang Sepele Membinasakan And...
- Terimalah Setiap Pemberian Allah dengan Rela Hati,...
- Selalu Ingatlah Pada Surga yang Seluas Langit dan ...
- "Demikianlah, Telah Kami Jadikan Kamu Umat Yang Ad...
- 32. Bersedih: Tak Diajarkan Syariat dan Tak Bermanfaat...
- Rehat
- Tersenyumlah!
- Rehat 2
- Nikmatnya Rasa Sakit
- Nikmatnya Rasa Sakit
- Seni Bergembira
- Rehat 3
- Mengendalikan Emosi
- Kebahagiaan Para Sahabat Bersama Rasulullah s.a.w....
- Enyahkan Kejenuhan dari Hidupmu!
- Buanglah Rasa Cemas!
- Rehat 4
- Jangan Bersedih, Karena Rabb Maha Pengampun Dosa d...
- Jangan Bersedih, Semua Hal Akan Terjadi Sesuai Qad...
- Jangan Bersedih, Tunggulah Jalan Keluar!
- Rehat 5
- Jangan Bersedih, Perbanyaklah Istighfar Karena All...
- Jangan Bersedih, Ingatlah Allah Selalu!
- Jangan Bersedih dan Putus Asa dari Rahmat Allah!
- Jangan Bersedih Atas Kegagalan, Karena Anda Masih ...
- Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Tak Pantas Anda ...
- Jangan Bersedih, Usirlah Setiap Kegalauan!
- Jangan Bersedih Bila Kebaikan Anda Tak Dihargai Or...
- Jangan Bersedih Atas Cercaan dan Hinaan Orang!
- Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Sedikit, Sebab P...
- Jangan Bersedih Atas Apa yang Masih Mungkin Akan T...
- Jangan Bersedih Menghadapi Kritikan dan Hinaan! Se...
- Rehat 6
- Jangan Bersedih! Pilihlah Apa yang Telah Dipilih A...
- Jangan Bersedih dan Mempedulikan Perilaku Orang
- Jangan Bersedih dan Pahamilah Harga yang Anda Sedi...
- Jangan Bersedih Selama Anda Masih Dapat Berbuat Ba...
- Jangan Bersedih Jika Mendengar Kata-kata Kasar, Ka...
- Rehat 7
- Jangan Bersedih! Sebab Bersabar Atas Sesuatu yang ...
- Jangan Bersedih Karena Perlakuan Orang Lain, Tapi ...
- Jangan Bersedih Karena Rezeki yang Sulit
- Jangan Bersedih, Karena Masih Ada Sebab-sebab yang...
- Jangan Memakai Baju Kepribadian Orang Lain
- 'Uzlah dan Dampak Positifnya
- Jangan Bersedih Karena Tertimpa Kesulitan!
- Rehat 8
- Jangan Bersedih, Inilah Kiat-Kiat untuk Bahagia
- Ulasan AL QURAN 1
- Ulasan AL QURAN 2
- Ulasan Mengenai TUHAN 1
- Ulasan Mengenai TUHAN 2
- Ulasan Mengenai TUHAN 3
- Ulasan Mengenai TUHAN 4
- Tentang Nabi MUHAMMAD S.A.W
- Tentang Nabi MUHAMMAD S.A.W - bagian 2
- Tentang Nabi MUHAMMAD S.A.W - bagian 3
- TAKDIR
- TAKDIR - bagian 2
- 87. TAKDIR - bagian 3
- KEMATIAN
- KEMATIAN - bagian 2
- Hari AKHIRAT
- Hari AKHIRAT - bagian 2
- Hari AKHIRAT - bagian 3
- Hari AKHIRAT - bagian 4
- Keadilan dan Kesejahteraan
- Keadilan dan Kesejahteraan - bagian 2
- Keadilan dan Kesejahteraan - bagian 3
- Makanan
- Ahklak bagian 2
- Ahklak bagian 3
- PAKAIAN
- PAKAIAN bagian 2
- PAKAIAN bagian 3
- PAKAIAN bagian 4
- Akhlak
- KESEHATAN
- KESEHATAN bagian 2
- PERNIKAHAN
- PERNIKAHAN bagian 2
- PERNIKAHAN bagian 3
- SYUKUR
- SYUKUR bagian 2
- SYUKUR bagian 3
- HALAL BIHALAL
- HALAL BIHALAL bagian 2
- MANUSIA
- MANUSIA bagian 2
- MANUSIA bagian 3
- PEREMPUAN
- PEREMPUAN bagian 2
- PEREMPUAN bagian 3
- PEREMPUAN bagian 4
- Masyarakat
- UMMAT
- KEBANGSAAN
- KEBANGSAAN bagian 2
- KEBANGSAAN bagian 3
- AHL AL KITAB
- AHL AL KITAB bagian 2
- AHL AL KITAB bagian 3
- AHL AL KITAB bagian 4
- AGAMA
- SENI
- SENI bagian 2
- EKONOMI
- EKONOMI bagian 2
- POLITIK
- POLITIK
- POLITIK bagian 2
- ILMU dan TEKNOLOGI
- ILMU dan TEKNOLOGI bagian 2
- KEMISKINAN
- MASJID
- MUSYAWARAH
- MUSYAWARAH bagian 2
- Ukhuwah
- Ukhuwah bagian 2
- JIHAD
- JIHAD bagian 2
- P U A S A
- P U A S A bagian 2
- LAILATUL QADAR
- W A K T U
- W A K T U bagian 2
- Nasihat untuk Menikah Menurut Islam
- Di Jalan Dakwah Aku Menikah
- Ringkasan buku : Aku Ingin Menikah, Tapi ... ::..
- ALASAN TEPAT UNTUK MENIKAH
- Keotentikan Al-Quran
- Bukti-bukti Kesejarahan Al - qur'an
- Penulisan Mushhaf Al-Qur'an
- Bukti Kebenaran Al-Quran bagian 1
- Bukti Kebenaran Al-Quran bagian 2
- Sejarah Turunnya dan Tujuan Pokok Al-Quran
- Periode Turunnya Al-Quran bagian 1
- Periode Turunnya Al-Quran bagian 2
- Periode Turunnya Al-Quran bagian 3
- Dakwah menurut Al-Quran
- Tujuan Pokok Al-Quran
- Kebenaran Ilmiah Al-Quran
- Sistem Penalaran menurut Al-Quran
- Ciri Khas Ilmu Pengetahuan
- Perkembangan Tafsir
- Hikmah Ayat Ilmiah Al-Quran
- Mengapa Tafsir Ilmiah Meluas? bagian 1
- Mengapa Tafsir Ilmiah Meluas? bagian 2
- Bagaimana Memahami Al-Quran di Masa Kini? bagian 1...
- Bagaimana Memahami Al-Quran di Masa Kini? bagian 2...
- Al-Quran, Ilmu, dan Filsafat Manusia
- Al-Quran di Tengah Perkembangan Ilmu
- Al-Quran di Tengah Perkembangan Ilmu bagian 2
- Al-Quran di Tengah Perkembangan Filsafat
- Al-Quran di Tengah Perkembangan Filsafat bagian 2
- Sejarah Perkembangan Tafsir
- Kodifikasi Tafsir
- Metode Tafsir
- Kebebasan dan Pembatasan dalam Tafsir
- Kebebasan dalam Menafsirkan Al-Quran
- Pembatasan dalam Menafsirkan Al-Quran bagian 1
- Pembatasan dalam Menafsirkan Al-Quran bagian 2
- Perubahan Sosial
- Perkembangan Ilmu Pengetahuan
- Bidang Bahasa
- Haramnya durhaka kepada kedua orang tua
- Syirik Kecil bagian 1
- Syirik Kecil bagian 2
- HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE bagia 1
- HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE bagia 2
- Hukum Mengenakan Pakaian Yang Bergambar Dan Menyim...
- Perkembangan Metodologi Tafsir
- Perkembangan Metodologi Tafsir 2
- Perkembangan Metodologi Tafsir 3
- Tafsir dan Modernisasi
- Tafsir dan Modernisasi 2
- Penafsiran Ilmiah Al-Quran
- Penafsiran Ilmiah Al-Quran 2
- Penafsiran Ilmiah Al-Quran 3
- Penafsiran Ilmiah Al-Quran 4
- Metode Tafsir Tematik
- Beberapa Problem Tafsir
- Metode Mawdhu'iy
- Keistimewaan Metode Mawdhu'iy
- Perbedaan Metode Mawdhu'iy dengan Metode Analisis
- Perbedaan Metode Mawdhu'iy dengan Metode Komparasi...
- Hubungan Hadis dan Al-Quran
- Fungsi Hadis terhadap Al-Quran
- Pemahaman atas Makna Hadis
- Fungsi dan Posisi Sunah Dalam Tafsir bgn 1
- Fungsi dan Posisi Sunah Dalam Tafsir bgn 2
- Ayat-ayat Kawniyyah dalam Al-Quran
- Al-Qur'an dan Alam Raya
- Pendapat Para Ulama tentang Penafsiran Ilmiah
- Segi Bahasa Al-Quran dan Korelasi Antar Ayatnya
Diberdayakan oleh Blogger.
0 vxcfgdsdhghgwegf yfteift:
Posting Komentar