Pages

Minggu, 01 November 2009

POLITIK

Kata politik pada mulanya terambil dari bahasa Yunani dan atau
Latin politicos atau politõcus yang berarti relating to
citizen. Keduanya berasal dari kata polis yang berarti kota.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata politik sebagai
"segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan
sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara
lain." Juga dalam arti "kebijakan, cara bertindak (dalam
menghadapi atau menangani satu masalah)."

Dalam kamus-kamus bahasa Arab modern, kata politik biasanya
diterjemahkan dengan kata siyasah. Kata ini terambil dari akar
kata sasa-yasusu yang biasa diartikan mengemudi,
mengendalikan, mengatur, dan sebagainya. Dari akar kata yang
sama ditemukan kata sus yang berarti penuh kuman, kutu, atau
rusak.

Dalam Al-Quran tidak ditemukan kata yang terbentuk dari akar
kata sasa-yasusu, namun ini bukan berarti bahwa Al-Quran tidak
menguraikan soal politik.

Sekian banyak ulama Al-Quran yang menyusun karya ilmiah dalam
bidang politik dengan menggunakan Al-Quran dan sunnah Nabi
sebagai rujukan. Bahkan Ibnu Taimiyah (1263-1328) menamai
salah satu karya ilmiahnya dengan As-siyasah Asy-Syar'iyah
(Politik Keagamaan).

Uraian Al-Quran tentang politik secara sepintas dapat
ditemukan pada ayat-ayat yang berakar kata hukm. Kata ini pada
mulanya berarti "menghalangi atau melarang dalam rangka
perbaikan". Dari akar kata yang sama terbentuk kata hikmah
yang pada mulanya berarti kendali. Makna ini sejalan dengan
asal makna kata sasa-yasusu-sais siyasat, yang berarti
mengemudi, mengendalikan, pengendali, dan cara pengendalian.

Hukm dalam bahasa Arab tidak selalu sama artinya dengan kata
"hukum" dalam bahasa Indonesia yang oleh kamus dinyatakan
antara lain berarti "putusan". Dalam bahasa Arab kata ini
berbentuk kata jadian, yang bisa mengandung berbagai makna,
bukan hanya bisa digunakan dalam arti "pelaku hukum" atau
diperlakukan atasnya hukum, tetapi juga ia dapat berarti
perbuatan dan sifat. Sebagai "perbuatan" kata hukm berarti
membuat atau menjalankan putusan, dan sebagai sifat yang
menunjuk kepada sesuatu yang diputuskan. Kata tersebut jika
dipahami sebagai "membuat atau menjalankan keputusan", maka
tentu pembuatan dan upaya menjalankan itu, baru dapat
tergambar jika ada sekelompok yang terhadapnya berlaku hukum
tersebut. Ini menghasilkan upaya politik.

Kata siyasat sebagaimana dikemukakan di atas diartikan dengan
politik dan juga sebagaimana terbaca, sama dengan kata hikmat.

Di sisi lain terdapat persamaan makna antara pengertian kata
hikmat dan politik. Sementara ulama mengartikan hikmat sebagai
kebijaksanaan, atau kemampuan menangani satu masalah sehingga
mendatangkan manfaat atau menghindarkan mudarat. Pengertian
ini sejalan dengan makna kedua yang dikemukakan Kamus Besar
Bahasa Indonesia tentang arti politik, sebagaimana dikutip di
atas.

Dalam Al-Quran ditemukan dua puluh kali kata hikmah,
kesemuanya dalam konteks pujian. Salah satu di antaranya
adalah surat Al-Baqarah (2): 269:

Siapa yang dianugerahi hikmah, maka dia telah
dianugerahi kebajikan yang banyak.

WAWASAN POLITIK DALAM AL-QURAN

Dalam Al-Quran ditemukan sekian banyak ayat yang berbicara
tentang hukm (Arab). Pengamatan sepintas, boleh jadi
mengantarkan orang yang berkata, bahwa ada ayat Al-Quran yang
secara tegas mengkhususkannya hanya kepada dan bersumber dari
Allah yakni ayat yang menyatakan,

Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah (QS Al-An'am
[6]: 57)

Kelompok Khawarij yang tidak menyetujui kebiiaksanaan Khalifah
keempat Ali bin Abi Thalib pernah mengangkat slogan yang
bunyinya sama dengan redaksi penggalan ayat tersebut, tetapi
ditanggapi oleh Ali r.a. dengan berkata,

Kalimat yang benar, tetapi yang dimaksudkan adalah
batil.

Memang ada empat ayat Al-Quran yang menggunakan redaksi
tersebut, tetapi ada dua hal yang harus digarisbawahi dalam
hubungan ini.

Pertama, keempat ayat yang menggunakan redaksi tersebut
dikemukakan dalam konteks tertentu. Perhatikan ayat-ayat
berikut:

Katakanlah, "Sesungguhnya aku dilarang menyembah
apa-apa yang kamu sembah selain Allah". Katakanlah,
"Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu. Sungguh
tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah
(pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat
petunjuk". Katakanlah, "Sesungguhnya aku berada di
atas bukti yang nyata (Al-Quran). Bukanlah wewenangku
untuk menurunkan azab yang kamu tuntut disegerakan
kedatangannya. Menetapkan hukum hanyalah hak Allah.
Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi
Keputusan yang baik" (QS Al-An'am [6]: 56-57).

Ayat ini seperti terbaca berbicara dalam konteks ibadah serta
keputusan menjatuhkan sanksi hukum yang berkaitan dengan
wewenang Allah.

Dalam surat Yusuf (12): 40, dan 67 redaksi serupa juga
ditemukan Ayat 40 berbicara dalam konteks mengesakan Allah
dalam ibadah:

Menetapkan hukum hanyalah hak Allah, Dia
memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia.

Sedangkan ayat 67 berbicara tentang kewajiban berusaha dan
keterlibatan takdir Allah.

Wahai anak-anakku, jangan masuk dalam satu pintu
gerbang, tetapi masuklah dan pintu gerbang yang
berlain-lainan. Namun demikian aku tidak dapat
melepaskan kamu barang sedikit pun dari takdir Allah.
Keputusan menetapkan sesuatu hanyalah hak Allah
Kepada-Nya aku berserah diri dan hendaklah kepada-Nya
saja orang-orang yang bertawakal berserah diri.

Ayat keempat dan terakhir menggunakan redaksi yang sedikit
berbeda, yang terdapat dalam surat Al-An'am (6): 62,

Kemudian (setelah kematian) mereka dikembalikan
kepada (putusan,) A11ah, Penguasa mereka yang
sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari
itu) hanya milik-Nya saja. Dialah pembuat perhitungan
yang paling cepat.

Sebagaimana terbaca, ayat ini berbicara tentang ketetapan
hukum yang sepenuhnya berada di tangan Allah sendiri pada hari
kiamat.

Di sisi lain, ditemukan sekian banyak ayat yang menisbahkan
hukum kepada manusia, baik dalam kedudukannya sebagai nabi
maupun manusia biasa. Perhatikan firman Allah dalam Surat
Al-Baqarah (2): 213 yang berbicara tentang diutusnya para
nabi, dan diturunkannya kitab suci kepada mereka dengan tujuan
--menurut redaksi Al-Quran:

Agar masing-masing Nabi memberi putusan tentang
perselisihan antar manusia.

Di samping perintah kepada Nabi-nabi, ada juga perintah yang
ditujukan kepada seluruh manusia yang berbunyi:

Dan apabita kamu berhukum (menjatuhkan putusan) di
antara manusia, maka hendaklah kamu memutuskan dengan
adil (QS Al-Nisa' [4]: 58).

Kedua, kalaupun ayat-ayat yang berbicara tentang kekhususan
Allah dalam menetapkan hukum atau kebijaksanaan, dipahami
terlepas dari konteksnya, maka kekhususan tersebut bersifat
relatif, atau apa yang diistilahkan oleh ulama-ulama Al-Quran
dengan hashr idhafi. Dengan memperhatikan keseluruhan
ayat-ayat yang berbicara tentang pengembalian keputusan, dapat
disimpulkan bahwa Allah telah memberi wewenang kepada manusia
untuk menetapkan kebijaksanaan atas dasar pelimpahan dari
Allah Swt., dan karena itu manusia yang baik adalah yang
memperhatikan kehendak pemberi wewenang itu.

KEKUASAAN POLITIK

Allah Swt. adalah pemilik segala sesuatu,

Allah adalah pemilik kerajaan langit dan bumi serta
apa yang terdapat antara keduanya (QS Al-Ma-idah [5]:
18).

Demikian satu dan sekian banyak ayat Al-Quran yang berbicara
tentang kekuasaan Allah yang meliputi segala sesuatu.

Benar, kita juga membaca,

Pemilik hari kebangkitan (QS Al-Fatihah [1]: 4).

Ayat ini boleh jadi mengantar seseorang untuk menduga bahwa
Dia bukan pemilik hari-hari duniawi, namun ini tidaklah benar.
Ayat Al-Fatihah ini, menekankan bahwa kepemilikannya
menyangkut hari kemudian adalah mutlak serta amat nyata,
sehingga --ketika itu-- jangankan bertindak, berbicara pun
hanya berbisik:

Dan rendahkanlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha
pemurah sehingga kamu tidak mendengar kecuali bisikan
(QS Thaha [20]: 108).

Itu pun harus dengan seizin-Nya, jangankan manusia, malaikat
pun demikian, seperti firman-Nya dalam surat Al-Naba' (78):
38.

Mereka tidak bercakap kecuali seizin Tuhan Yang Maha
Pemurah dan perkataan mereka benar (QS Al-Naba' [78]:
38).

Adapun di dunia, maka di samping Dia melimpahkan sebagian
kekuasaan-Nya kepada makhluk, juga karena kekuasaan tersebut
tidak sejenis di hari kemudian. Bukankah masih ada manusia di
dunia ini yang tidak mengakui kekuasaan Allah dalam
perwujudan-Nya?

Dalam konteks kekuasaan politik, Al-Quran memerintahkan Nabi
Muhammad Saw. untuk menyampaikan pernyataan tegas berikut:

Katakanlah, "Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, engkau
anugerahkan kekuasaan bagi siapa yang Engkau
kehendaki dan mencabut kekuasaan dari siapa yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau
kehendaki, dan Engkau hinakan siapa yang Engkau
kehendaki, dalam tangan-Mu segala kebaikkan,
sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu."
(QS Ali Imran [3]: 26).

Dalam konteks ini, Rasul Saw. setiap habis shalat membaca doa,
yang hingga kini masih populer di kalangan umat Islam:

Namun demikian, seperti tersurat dalam ayat di atas, Allah
Swt. menganugerahkan kepada manusia sebagian kekuasaan itu. Di
antara mereka ada yang berhasil melaksanakan tugasnya dengan
baik karena mengikuti prinsip-prinsip kekuasaan politik dan
ada pula yang gagal.

Paling tidak, dari dua istilah Al-Quran kita dapat menjumpai
uraian tentang kekuasaan politik, serta tugas yang dibebankan
Allah kepada manusia. Kedua istilah tersebut adalah istikhlaf
dan isti'mar.

a. Istikhlaf

Dalam surat Al-Baqarah (52): 30 dinyatakan

Sesungguhnya Aku (Allah) akan mengangkat di bumi
khalifah.

Kata khalifah dalam bentuk tunggal terulang dalam Al-Quran
sebanyak dua kali, yakni ayat di atas, dan surat Shad (38):
26:

Wahai Daud Kami telah menjadikan engkau khalifah di
bumi.

Bentuk jamak dari kata tersebut ada dua macam khulafa' dan
khalaif. Masing-masing mempunyai makna sesuai dengan
konteksnya.

Seperti terbaca di atas, ayat-ayat yang berbicara tentang
pengangkatan khalifah dalam Al-Quran ditujukan kepada Nabi
Adam dan Nabi Daud. Khalifah pertama adalah manusia pertama
(Adam) dan ketika itu belum ada masyarakat manusia, berbeda
dengan keadaan pada masa Nabi Daud. Beliau menjadi khalifah
setelah berhasil membunuh Jalut. Al-Quran dalam hal ini
menginformasikan bahwa,

Dan Daud membunuh Jalut. Allah memberinya kekuasaan
atas kerajaan, dan hikmah serta mengajarkan apa yang
dikehendaki-Nya (QS Al-Baqarah [2]: 251].

Ayat ini menunjukkan bahwa Daud memperoleh kekuasann tertentu
dalam mengelola satu wilayah, dan dengan demikian kata
khalifah pada ayat yang membicarakan pengangkatan Daud adalah
kekhalifahan dalam arti kekuasaan mengelola wilayah atau
dengan kata lain kekuasaan politik. Hal ini didukung pula oleh
surat Al-Baqarah (2): 251 di atas yang menjelaskan bahwa Nabi
Daud a.s. dianugerahi hikmah yang maknanya telah dijelaskan
sebelum ini.

Kekhalifahan dalam arti kekuasaan politik dipahami juga dari
ayat-ayat yang menggunakan bentuk jamak khulafa'. Perhatikan
konteks ayat-ayat surat Al-A'raf (7): 69 dan 74, serta Al-Naml
(27): 62.

Menarik juga untuk dibandingkan bahwa ketika Allah menguraikan
pengangkatan Adam sebagai khalifah, digunakan bentuk tunggal
dalam menunjuk pengangkatan itu,

Sesungguhnya Aku akan mengangkat di bumi khalifah (QS
Al-Baqarah [2]: 30).

Sedangkan ketika berbicara tentang pengangkatan Daud sebagai
khalifah digunakannya bentuk plural (jamak),

Sesungguhnya Kami telah mengangkat engkau khalifah.

Pengggunaan bentuk tunggal pada Adam cukup beralasan karena
ketika itu memang belum ada masyarakat manusia, apalagi ia
baru dalam bentuk ide. Perhatikan redaksinya yang menyatakan,
"Aku akan". Sedangkan pada Daud, digunakan bentuk jamak serta
past tense (kata kerja masa lampau), "Kami telah" untuk
mengisyaratkan adanya keterlibatan selain dari Tuhan (dalam
hal ini restu masyarakatnya) dalam pengangkatan tersebut. Di
sisi lain dapat dikatakan bahwa mengangkat seseorang sebagai
khalifah boleh-boleh saja dilakukan oleh satu oknum, selama
itu masih dalam bentuk ide. Tetapi kalau akan diwujudkan di
alam nyata maka hendaknya ia dilakukan oieh orang banyak atau
masyarakat.

----------------

WAWASAN AL-QURAN
Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat
Dr. M. Quraish Shihab, M.A.

0 vxcfgdsdhghgwegf yfteift:

Bagi teman yang ingin membaca Al-qur'an sila klik disini! dan jika ingin membaca Al-qur'an dan terjemahanya sila klik disini!

Pasang Iklan Gratiiisss

ads ads ads ads ads ads

Sudah siap Memulai Bisnis Internet ?

Bagi anda yang pengen dapat uang saku tambahan silakan coba yang satu ini, anda hanya di minta untuk mengklik iklan lalu anda dibayar.buruan daftar di donkeymails bawah ini DonkeyMails.com: No Minimum Payout

PUISI KU

Untaian Rindu Kurindu padaMu ... Kerinduanku ingin bisa lebih dekat denganMu Kuingin lebih merasakan kebersamaan denganMu Kuingin dihatiku Kau bersemayam Diatas segala-galanya Kapan aku bisa mencintaiMu Lebih dalam ... Dan jauh lebih tulus Aku benar-benar merindukanMu Rinduku yang tak berujung padaMu Rasa rindu yang mendalam Didalam hati Berilah percikan cintaMu didalam hati Hatiku haus akan cintaMu Dan begitu rindu akan diriMu

Ilmu Islam

  1. Ya ALLAH
  2. Pikirkan dan Syukurilah!
  3. Yang Lalu Biar Berlalu
  4. Hari Ini Milik Anda
  5. Biarkan Masa Depan Datang Sendiri
  6. Cara Mudah Menghadapi Kritikan Pedas
  7. Jangan Mengharap "Terima Kasih" dari Seseorang
  8. Berbuat Baik Terhadap Orang Lain, Melapangkan Dada...
  9. Isi Waktu Luang Dengan Berbuat!
  10. Jangan Latah!
  11. Qadha' dan Qadar
  12. Bersama Kesulitan Ada Kemudahan
  13. Jadikan Buah Lemon Itu Minuman yang Manis!
  14. Siapakah yang Memperkenankan Doa Orang yang Kesuli...
  15. Semoga Rumahmu Membuat Bahagia
  16. Ganti Itu dari Allah
  17. Iman Adalah Kehidupan
  18. Ambil Madunya, Tapi Jangan Hancurkan Sarangnya!
  19. "Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang."
  20. "Ataukah mereka dengki pada manusia atas apa yang ...
  21. Hadapi Hidup Ini Apa Adanya!
  22. Yakinilah Bahwa Anda Tetap Mulia Bersama Para Pene...
  23. Shalat.... Shalat....
  24. "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah ad...
  25. "Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi!'"
  26. Sabar Itu Indah ...
  27. Jangan Meletakkan Bola Dunia di Atas Kepala!
  28. Jangan Sampai Hal-hal yang Sepele Membinasakan And...
  29. Terimalah Setiap Pemberian Allah dengan Rela Hati,...
  30. Selalu Ingatlah Pada Surga yang Seluas Langit dan ...
  31. "Demikianlah, Telah Kami Jadikan Kamu Umat Yang Ad...
  32. 32. Bersedih: Tak Diajarkan Syariat dan Tak Bermanfaat...
  33. Rehat
  34. Tersenyumlah!
  35. Rehat 2
  36. Nikmatnya Rasa Sakit
  37. Nikmatnya Rasa Sakit
  38. Seni Bergembira
  39. Rehat 3
  40. Mengendalikan Emosi
  41. Kebahagiaan Para Sahabat Bersama Rasulullah s.a.w....
  42. Enyahkan Kejenuhan dari Hidupmu!
  43. Buanglah Rasa Cemas!
  44. Rehat 4
  45. Jangan Bersedih, Karena Rabb Maha Pengampun Dosa d...
  46. Jangan Bersedih, Semua Hal Akan Terjadi Sesuai Qad...
  47. Jangan Bersedih, Tunggulah Jalan Keluar!
  48. Rehat 5
  49. Jangan Bersedih, Perbanyaklah Istighfar Karena All...
  50. Jangan Bersedih, Ingatlah Allah Selalu!
  51. Jangan Bersedih dan Putus Asa dari Rahmat Allah!
  52. Jangan Bersedih Atas Kegagalan, Karena Anda Masih ...
  53. Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Tak Pantas Anda ...
  54. Jangan Bersedih, Usirlah Setiap Kegalauan!
  55. Jangan Bersedih Bila Kebaikan Anda Tak Dihargai Or...
  56. Jangan Bersedih Atas Cercaan dan Hinaan Orang!
  57. Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Sedikit, Sebab P...
  58. Jangan Bersedih Atas Apa yang Masih Mungkin Akan T...
  59. Jangan Bersedih Menghadapi Kritikan dan Hinaan! Se...
  60. Rehat 6
  61. Jangan Bersedih! Pilihlah Apa yang Telah Dipilih A...
  62. Jangan Bersedih dan Mempedulikan Perilaku Orang
  63. Jangan Bersedih dan Pahamilah Harga yang Anda Sedi...
  64. Jangan Bersedih Selama Anda Masih Dapat Berbuat Ba...
  65. Jangan Bersedih Jika Mendengar Kata-kata Kasar, Ka...
  66. Rehat 7
  67. Jangan Bersedih! Sebab Bersabar Atas Sesuatu yang ...
  68. Jangan Bersedih Karena Perlakuan Orang Lain, Tapi ...
  69. Jangan Bersedih Karena Rezeki yang Sulit
  70. Jangan Bersedih, Karena Masih Ada Sebab-sebab yang...
  71. Jangan Memakai Baju Kepribadian Orang Lain
  72. 'Uzlah dan Dampak Positifnya
  73. Jangan Bersedih Karena Tertimpa Kesulitan!
  74. Rehat 8
  75. Jangan Bersedih, Inilah Kiat-Kiat untuk Bahagia
  76. Ulasan AL QURAN 1
  77. Ulasan AL QURAN 2
  78. Ulasan Mengenai TUHAN 1
  79. Ulasan Mengenai TUHAN 2
  80. Ulasan Mengenai TUHAN 3
  81. Ulasan Mengenai TUHAN 4
  82. Tentang Nabi MUHAMMAD S.A.W
  83. Tentang Nabi MUHAMMAD S.A.W - bagian 2
  84. Tentang Nabi MUHAMMAD S.A.W - bagian 3
  85. TAKDIR
  86. TAKDIR - bagian 2
  87. 87. TAKDIR - bagian 3
  88. KEMATIAN
  89. KEMATIAN - bagian 2
  90. Hari AKHIRAT
  91. Hari AKHIRAT - bagian 2
  92. Hari AKHIRAT - bagian 3
  93. Hari AKHIRAT - bagian 4
  94. Keadilan dan Kesejahteraan
  95. Keadilan dan Kesejahteraan - bagian 2
  96. Keadilan dan Kesejahteraan - bagian 3
  97. Makanan
  98. Ahklak bagian 2
  99. Ahklak bagian 3
  100. PAKAIAN
  101. PAKAIAN bagian 2
  102. PAKAIAN bagian 3
  103. PAKAIAN bagian 4
  104. Akhlak
  105. KESEHATAN
  106. KESEHATAN bagian 2
  107. PERNIKAHAN
  108. PERNIKAHAN bagian 2
  109. PERNIKAHAN bagian 3
  110. SYUKUR
  111. SYUKUR bagian 2
  112. SYUKUR bagian 3
  113. HALAL BIHALAL
  114. HALAL BIHALAL bagian 2
  115. MANUSIA
  116. MANUSIA bagian 2
  117. MANUSIA bagian 3
  118. PEREMPUAN
  119. PEREMPUAN bagian 2
  120. PEREMPUAN bagian 3
  121. PEREMPUAN bagian 4
  122. Masyarakat
  123. UMMAT
  124. KEBANGSAAN
  125. KEBANGSAAN bagian 2
  126. KEBANGSAAN bagian 3
  127. AHL AL KITAB
  128. AHL AL KITAB bagian 2
  129. AHL AL KITAB bagian 3
  130. AHL AL KITAB bagian 4
  131. AGAMA
  132. SENI
  133. SENI bagian 2
  134. EKONOMI
  135. EKONOMI bagian 2
  136. POLITIK
  137. POLITIK
  138. POLITIK bagian 2
  139. ILMU dan TEKNOLOGI
  140. ILMU dan TEKNOLOGI bagian 2
  141. KEMISKINAN
  142. MASJID
  143. MUSYAWARAH
  144. MUSYAWARAH bagian 2
  145. Ukhuwah
  146. Ukhuwah bagian 2
  147. JIHAD
  148. JIHAD bagian 2
  149. P U A S A
  150. P U A S A bagian 2
  151. LAILATUL QADAR
  152. W A K T U
  153. W A K T U bagian 2
  154. Nasihat untuk Menikah Menurut Islam
  155. Di Jalan Dakwah Aku Menikah
  156. Ringkasan buku : Aku Ingin Menikah, Tapi ... ::..
  157. ALASAN TEPAT UNTUK MENIKAH
  158. Keotentikan Al-Quran
  159. Bukti-bukti Kesejarahan Al - qur'an
  160. Penulisan Mushhaf Al-Qur'an
  161. Bukti Kebenaran Al-Quran bagian 1
  162. Bukti Kebenaran Al-Quran bagian 2
  163. Sejarah Turunnya dan Tujuan Pokok Al-Quran
  164. Periode Turunnya Al-Quran bagian 1
  165. Periode Turunnya Al-Quran bagian 2
  166. Periode Turunnya Al-Quran bagian 3
  167. Dakwah menurut Al-Quran
  168. Tujuan Pokok Al-Quran
  169. Kebenaran Ilmiah Al-Quran
  170. Sistem Penalaran menurut Al-Quran
  171. Ciri Khas Ilmu Pengetahuan
  172. Perkembangan Tafsir
  173. Hikmah Ayat Ilmiah Al-Quran
  174. Mengapa Tafsir Ilmiah Meluas? bagian 1
  175. Mengapa Tafsir Ilmiah Meluas? bagian 2
  176. Bagaimana Memahami Al-Quran di Masa Kini? bagian 1...
  177. Bagaimana Memahami Al-Quran di Masa Kini? bagian 2...
  178. Al-Quran, Ilmu, dan Filsafat Manusia
  179. Al-Quran di Tengah Perkembangan Ilmu
  180. Al-Quran di Tengah Perkembangan Ilmu bagian 2
  181. Al-Quran di Tengah Perkembangan Filsafat
  182. Al-Quran di Tengah Perkembangan Filsafat bagian 2
  183. Sejarah Perkembangan Tafsir
  184. Kodifikasi Tafsir
  185. Metode Tafsir
  186. Kebebasan dan Pembatasan dalam Tafsir
  187. Kebebasan dalam Menafsirkan Al-Quran
  188. Pembatasan dalam Menafsirkan Al-Quran bagian 1
  189. Pembatasan dalam Menafsirkan Al-Quran bagian 2
  190. Perubahan Sosial
  191. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
  192. Bidang Bahasa
  193. Haramnya durhaka kepada kedua orang tua
  194. Syirik Kecil bagian 1
  195. Syirik Kecil bagian 2
  196. HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE bagia 1
  197. HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE bagia 2
  198. Hukum Mengenakan Pakaian Yang Bergambar Dan Menyim...
  199. Perkembangan Metodologi Tafsir
  200. Perkembangan Metodologi Tafsir 2
  201. Perkembangan Metodologi Tafsir 3
  202. Tafsir dan Modernisasi
  203. Tafsir dan Modernisasi 2
  204. Penafsiran Ilmiah Al-Quran
  205. Penafsiran Ilmiah Al-Quran 2
  206. Penafsiran Ilmiah Al-Quran 3
  207. Penafsiran Ilmiah Al-Quran 4
  208. Metode Tafsir Tematik
  209. Beberapa Problem Tafsir
  210. Metode Mawdhu'iy
  211. Keistimewaan Metode Mawdhu'iy
  212. Perbedaan Metode Mawdhu'iy dengan Metode Analisis
  213. Perbedaan Metode Mawdhu'iy dengan Metode Komparasi...
  214. Hubungan Hadis dan Al-Quran
  215. Fungsi Hadis terhadap Al-Quran
  216. Pemahaman atas Makna Hadis
  217. Fungsi dan Posisi Sunah Dalam Tafsir bgn 1
  218. Fungsi dan Posisi Sunah Dalam Tafsir bgn 2
  219. Ayat-ayat Kawniyyah dalam Al-Quran
  220. Al-Qur'an dan Alam Raya
  221. Pendapat Para Ulama tentang Penafsiran Ilmiah
  222. Segi Bahasa Al-Quran dan Korelasi Antar Ayatnya
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

By Support