Pages

Selasa, 20 Oktober 2009

Bersedih: Tak Diajarkan Syariat dan Tak Bermanfaat


Bersedih itu sangat dilarang. Ini ditegaskan dalam firman Allah yang
berbunyi,
{Dan, janganlah kamu bersikap lemah dan jangan (pula) bersedih hati.}
(QS. Ali 'Imran: 139)
"Janganlah bersedih atas mereka" (kalimat ini disebut berulangkali dalam
beberapa ayat al-Quran) dan,
{Janganlah kamu bersedih sesungguhnya Allah selalu bersama kita.}
(QS. At-Taubah: 40)
Adapun firman Allah yang menunjukkan bahwa kesedihan (bersedih)
itu tak bermanfaat apapun adalah,
{Niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.}
(QS. Al-Baqarah: 38)
Bersedih itu hanya akan memadamkan kobaran api semangat,
meredakan tekad, dan membekukan jiwa. Dan kesedihan itu ibarat
penyakit demam yang membuat tubuh menjadi lemas tak berdaya. Mengapa
demikian?
Tak lain, karena kesedihan hanya memiliki daya yang menghentikan
dan bukan menggerakkan. Dan itu artinya sama sekali tidak bermanfaat
bagi hati. Bahkan, kesedihan merupakan satu hal yang paling disenangi
setan. Maka dari itu, setan selalu berupaya agar seorang hamba bersedih
untuk menghentikan setiap langkah dan niat baiknya. Ini telah
diperingatkan Allah dalam firman-Nya,
{Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan supaya orang-orang
mukmin berduka cita.}
(QS. Al-Mujadilah: 10)
Syahdan, Rasulullah s.a.w. melarang tiga orang yang sedang berada
dalam satu majelis demikian, "(Janganlah dua orang di antaranya) saling
melakukan pembicaraan rahasia tanpa disertai yang ketiga, sebab yang demikian
itu akan membuatnya (yang ketiga) berduka cita." Dan bagi seorang mukmin,
kesedihan itu tidak pernah diajarkan dianjurkan. Soalnya, kesedihan
merupakan penyakit yang berbahaya bagi jiwa. Karena itu pula, setiap muslim
diperintahkan untuk mengusirnya jauh-jauh dan dilarang tunduk kepadanya.
Islam juga mengajarkan kepada setiap muslim agar senantiasa melawan dan menundukkannya dengan segala pelaratan yang telah disyariatkan Allah
s.w.t.
Bersedih itu tidak diajarkan dan tidak bermanfaat. Maka dari itu,
Rasulullah s.a.w. senantiasa memohon perlindungan dari Allah agar
dijauhkan dari kesedihan. Beliau selalu berdoa seperti ini,
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa sedih dan duka cita."
Kesedihan adalah teman akrab kecemasan. Adapun perbedaannya
antara keduanya adalah manakala suatu hal yang tidak disukai hati itu
berkaitan dengan hal-hal yang belum terjadi, ia akan membuahkan
kecemasan. Sedangkan bila berkaitan dengan persoalan masa lalu, maka ia
akan membuahkan kesedihan. Dan persamaannya, keduanya sama-sama
dapat melemahkan semangat dan kehendak hati untuk berbuat suatu
kebaikan.
Kesedihan dapat membuat hidup menjadi keruh. Ia ibarat racun berbisa
bagi jiwa yang dapat menyebabkannya lemah semangat, krisis gairah, dan
galau dalam menghadapi hidup ini. Dan itu, akan berujung pada
ketidakacuhan diri pada kebaikan, ketidakpedulian pada kebajikan,
kehilangan semangat untuk meraih kebahagian, dan kemudian akan
berakhir pada pesimisme dan kebinasaan diri yang tiada tara.
Meski demikian, pada tahap tertentu kesedihan memang tidak dapat
dihindari dan seseorang terpaksa harus bersedih karena suatu kenyataan.
Berkenaan dengan ini, disebutkan bahwa para ahli surga ketika memasuki
surga akan berkata,
{Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.}
(QS. Fathir: 34)
Ini menandakan bahwa ketika di dunia mereka pernah bersedih
sebagaimana mereka tentu saja pernah ditimpa musibah yang terjadi di luar
ikhtiar mereka. Hanya, ketika kesedihan itu harus terjadi dan jiwa tidak
lagi memiliki cara untuk menghindarnya, maka kesedihan itu justru akan
mendatangkan pahala. Itu terjadi, karena kesedihan yang demikian
merupakan bagian dari musibah atau cobaan. Maka dari itu, ketika seorang
hamba ditimpa kesedihan hendaknya ia senantiasa melawannya dengan
doa-doa dan sarana-sarana lain yang memungkinkan untuk mengusirnya.{Dan, tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datangkepadamu,
supaya kamu memberi mereka kendaraaan, lalu kamu berkata: "Aku tidak
memperoleh kendaraan untuk membawamu", lalu mereka kembali sedang mata
mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh
apa yang akan mereka nafkahkan.}
(QS. At-Taubah: 92)
Demikianlah, mereka tidaklah dipuji dikarenakan kesedihan mereka
semata. Tetapi, lebih dikarenakan kesedihan mereka itu justru
mengisyaratkan kuatnya keimanan mereka. Pasalnya, kesedihan mereka
berpisah dengan Rasulullah adalah dikarenakan tidak mempunyai harta
yang akan dibelanjakan dan kendaraan untuk membawa mereka pergi
berperang. Ini merupakan peringatan bagi orang-orang munafik yang tidak
merasa bersedih dan justru gembira manakala tidak mendapatkan
kesempatan untuk turut berjihad bersama Rasulullah.
Kesedihan yang terpuji — yakni yang dipuji setelah terjadi — adalah
kesedihan yang disebabkan oleh ketidakmampuan menjalankan suatu
ketaatan atau dikarenakan tersungkur dalam jurang kemaksiatan. Dan
kesedihan seorang hamba yang disebabkan oleh kesadaran bahwa kedekatan
dan ketaatan dirinya kepada Allah sangat kurang. Maka, hal itu menandakan
bahwa hatinya hidup dan terbuka untuk menerima hidayah dan cahaya-
Nya.
Sementara itu, makna sabda Rasululllah dalam sebuah hadis shahih
yang berbunyi, "Tidaklah seorang mukmin ditimpa sebuah kesedihan, kegundahan
dan kerisauan, kecuali Allah pasti akan menghapus sebagian dosa-dosanya,"
adalah menunjuk bahwa kesedihan, kegundahan dan kerisauan itu
merupakan musibah dari Allah yang apabila menimpa seorang hamba, maka
hamba tersebut akan diampuni sebagian dosa-dosanya. Dengan begitu, hadits
ini berarti tidak menunjukkan bahwa kesedihan, kegundahan dan kerisauan
merupakan sebuah keadaan yang harus diminta dan dirasakan.
Bahkan, seorang hamba justru tidak dibenarkan meminta atau
mengharap kesedihan dan mengira bahwa hal itu merupakan sebuah ibadah
yang diperintahkan, diridhai atau disyariatkan Allah untuk hamba-Nya.
Sebab, jika memang semua itu dibenarkan dan diperintahkan Allah, pastilah
Rasulullah s.a.w. akan menjadi orang pertama yang akan mengisi seluruh
waktu hidupnya dengan kesedihan-kesedihan dan akan menghabiskannya
dengan kegundahan-kegundahan. Dan hal seperti itu jelas sangat tidak
mungkin. Karena, sebagaimana kita ketahui, hati beliau selalu lapang dan
wajahnya selalu dihiasi senyuman, hatinya selalu diliputi keridhaan, dan
perjalanan hidupnya selalu dihiasi dengan kegembiraan.Memang, dalam hadist Hindun ibn Abi Halah tentang sifat Nabi s.a.w.
disebutkan bahwa, "Sesungguhnya, dia selalu bersedih". Namun, hadist ini
ternyata kurang dapat dipercaya, sebab dalam silsilah perawinya terdapat
seorang perawi yang tidak dikenal. Selain itu, muatan hadits inipun jelas
sangat bertentangan dengan realitas kehidupan Rasulullah s.a.w.
Bagaimana mungkin Rasulullah dikatakan selalu dirundung kesedihan?
Bukankah Allah telah melindungi beliau dari kesedihan yang berkaitan
dengan urusan keduniaan dan semua unsur-unsurnya, melarangnya agar
tidak bersedih atas perilaku orang-orang kafir, dan mengampuni semua dosadosanya
yang telah berlalu maupun yang belum terjadi? Nah, dari manakah
sumber kesedihan itu? Bagaimana pula kesedihan itu dapat menembus pintu
hati beliau? Dan dari jalan manakah kesedihan itu dapat menyusup ke dalam
lubuk hatinya? Bukankah beliau s.a.w. senantiasa hatinya diliputi dzikir,
jiwanya dialiri semangat istiqamah, pikirannnya selalu dibanjiri hidayah
rabbaniyah, dan hatinya senantiasa tenteram dengan janji Allah serta rela
dengan semua ketentuan dan perbuatan-Nya? Bahkan, Rasulullah adalah
orang yang terkenal ramah dan murah senyum sebagaimana dilukiskan oleh
salah satu gelarnya sebagai "seseorang yang murah senyum ."
Siapa saja membaca, menghayati, dan mendalami sejarah perjalanan
hidup beliau dengan seksama dan menyeluruh, maka ia akan mengetahui
bahwa Rasulullah s.a.w. diturunkan ke dunia ini untuk menghancurkan
kebatilan, mengusir kesuntukan, kegelisahan, kesedihan dan kecemasan,
serta membebaskan jiwa dari tekanan keragu-raguan, kebingungan,
kegundahan dan keguncangan. Bersamaan dengan itu, beliau juga diutus
untuk menyelamatkan jiwa manusia dari segala bentuk hawa nafsu yang
membinasakan. Maka begitulah, betapa banyaknya karunia Allah yang telah
dianugerahkan kepada manusia.
Ada sebuah hadist menyebutkan bahwa, "Sesungguhnya Allah sangat
mencintai hati yang senantiasa bersedih." Namun, hadist ini ternyata tidak
memiliki sanad (jalur periwayatan) dan perawi yang jelas, alias kurang
dapat dipercaya. Singkatnya, hadist ini jelas kurang dapat
dipertanggungjawabkan keshahihannya. Selain itu, hadist ini juga tidak
dapat dikategorikan shahih karena sangat bertentangan dengan ajaran agama
dan tuntunan syariat. Dan kalau memang khabar (hadist) itu akan dianggap
shahih, maka penjelasannya adalah demikian: kesedihan itu adalah salah
satu musibah dari Allah yang ditimpakan kepada hamba-Nya untuk
mengujinya. Artinya, jika hamba tersebut mampu menghadapinya dengan
kesabaran, maka sesungguhnya Allah mencintai kesabaran orang tersebut
dalam menghadapi cobaan itu. Demikianlah, maka merupakan kesalahan besar bagi orang-orang yang
memuja kesedihan, senantiasa berusaha menciptakan kesedihan, dan
mencoba membenar-benarkan kesedihan mereka dengan dalih bahwa syariat
telah menganjurkan dan memandangnya sebagai sesuatu yang baik. Sebab,
pada kenyataannya dalil-dalil syariat melarang hal itu. Bahkan, syariat justru
memerintahkan setiap manusia agar tidak bersedih dan selalu ceria.
Hadits lain menyebutkan, "Jika Allah mencintai seorang hamba, maka
Dia akan memancangkan sebuah gemuruh ratapan di dalam hatinya. Dan apabila
Dia membenci seorang hamba, maka Dia akan menanamkan seruling nyanyian
di dalam dadanya."
Memang, hadist ini bersumber dan berasal dari Israiliyat (mitos Bangsa
Israel). Ada pula yang mengatakan bahwa hadits ini termaktub dalam Taurat.
Meski demikian, perkataan ini memiliki pesan makna yang benar.
Sebagaimana sering kita lihat, orang mukmin akan senantiasa bersedih atas
dosa-dosa yang pernah dilakukannya, sementara orang yang durhaka akan
senantiasa lalai, tidak pernah serius, dan berdendang kegirangan justru
karena dosa-dosanya. Dan kalaupun ada kesedihan yang menimpa orangorang
salih, maka itu tak lebih dari sebuah penyesalan terhadap kebaikankebaikan
yang terlewatkan, ketidakmampuan mereka mencapai derajat yang
tinggi dan kesadaran bahwa mereka telah melakukan banyak kesalahan.
Demikianlah, alasan yang mendasari kesedihan ini berbeda dengan alasan
yang mendasari kesedihan orang-orang yang durhaka. Mereka bersedih
karena tidak mendapatkan keduniaan, keindahan, dan kenikmatan
duniawi. Kesedihan, kegundahan dan kegelisahan mereka adalah karena
keduniaan, untuk keduniaan dan di jalan menuju keduniaan.
Dalam sebuah Firman-Nya, Allah menceritakan keadaan seorang nabi
dari Bani Israel demikian,
{Dan, kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang
yang menahan amarahnya (kepada anak-anaknya).}
(QS. Yusuf: 84)
Ayat ini mengabarkan tentang kesedihan Nabi Ya'qub saat harus
kehilangan anak yang menjadi kekasihnya. Ini merupakan kabar bahwa
cobaan tersebut sama beratnya dengan musibah atau ujian yang dirasakan
oleh seseorang saat dipisahkan dengan buah hatinya. Betapapun, ayat di
atas hanya sekadar memberi kabar dan lukisan tentang beratnya cobaan
seorang nabi. Dan itu bukan berarti bahwa kesedihan seperti itu
diperintahkan atau dianjurkan. Bahkan justru sebaliknya, kita diperintahkan
untuk ber-isti'adzah (memohon perlindungan) kepada Allah dari segala kesedihan. Sebab, bagaimanapun kesedihan adalah lakasana awan tebal,
malam pekat yang panjang, dan aral panjang yang melintang di tangah jalan
ke arah kemuliaan.
Selain Abu Utsman al-Jabari, semua ahli sufi sepakat bahwa bersedih
karena perkara duniawi itu tidak terpuji. Menurut Abu Ustman, kesedihan
itu —apapun bentuknya— adalah sebuah keutamaan dan tambahan
kebajikan bagi seorang mukmin, yakni dengan syarat bila kesedihan itu
bukan dikarenakan suatu kemaksiatan. la juga mengatakan, "Bahwa kalau
kesedihan itu tidak diwajibkan secara khusus, maka ia diwajibkan sebagai
sarana mensucikan diri."
Syahdan, ada pula yang berkata, "Tidak diragukan lagi bahwa
kesedihan merupakan ujian dan cobaan dari Allah sebagaimana halnya
penyakit, kegundahan, dan kegalauan. Namun jika dikatakan bahwa
kesedihan adalah tingkatan yang harus dilalui seorang sufi adalah tidak
benar."
Atas dasar itu, sebaiknya Anda berusaha untuk senantiasa gembira
dan berlapang dada. Jangan lupa memohon kepada Allah agar selalu diberi
kehidupan yang baik dan diridhai, kejernihan hati, dan kelapangan pikiran.
Itulah kenikmatan-kenikmatan di dunia. Betapapun, sebagian ulama
mengatakan bahwa di dunia ini terdapat surga, dan barangsiapa tidak pernah
memasuki surga dunia itu, maka ia tidak akan masuk surga akhirat.
Allah adalah satu-satunya Dzat yang pantas kita mohon agar
melapangkan hati kita dengan cahaya iman, menunjukkan hati kepada jalan-
Nya yang lurus, dan menyelamatkan kita kehidupan yang susah dan
menyesakkan.


Sbr: buku LA TAHZAN

0 vxcfgdsdhghgwegf yfteift:

Bagi teman yang ingin membaca Al-qur'an sila klik disini! dan jika ingin membaca Al-qur'an dan terjemahanya sila klik disini!

Pasang Iklan Gratiiisss

ads ads ads ads ads ads

Sudah siap Memulai Bisnis Internet ?

Bagi anda yang pengen dapat uang saku tambahan silakan coba yang satu ini, anda hanya di minta untuk mengklik iklan lalu anda dibayar.buruan daftar di donkeymails bawah ini DonkeyMails.com: No Minimum Payout

PUISI KU

Untaian Rindu Kurindu padaMu ... Kerinduanku ingin bisa lebih dekat denganMu Kuingin lebih merasakan kebersamaan denganMu Kuingin dihatiku Kau bersemayam Diatas segala-galanya Kapan aku bisa mencintaiMu Lebih dalam ... Dan jauh lebih tulus Aku benar-benar merindukanMu Rinduku yang tak berujung padaMu Rasa rindu yang mendalam Didalam hati Berilah percikan cintaMu didalam hati Hatiku haus akan cintaMu Dan begitu rindu akan diriMu

Ilmu Islam

  1. Ya ALLAH
  2. Pikirkan dan Syukurilah!
  3. Yang Lalu Biar Berlalu
  4. Hari Ini Milik Anda
  5. Biarkan Masa Depan Datang Sendiri
  6. Cara Mudah Menghadapi Kritikan Pedas
  7. Jangan Mengharap "Terima Kasih" dari Seseorang
  8. Berbuat Baik Terhadap Orang Lain, Melapangkan Dada...
  9. Isi Waktu Luang Dengan Berbuat!
  10. Jangan Latah!
  11. Qadha' dan Qadar
  12. Bersama Kesulitan Ada Kemudahan
  13. Jadikan Buah Lemon Itu Minuman yang Manis!
  14. Siapakah yang Memperkenankan Doa Orang yang Kesuli...
  15. Semoga Rumahmu Membuat Bahagia
  16. Ganti Itu dari Allah
  17. Iman Adalah Kehidupan
  18. Ambil Madunya, Tapi Jangan Hancurkan Sarangnya!
  19. "Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang."
  20. "Ataukah mereka dengki pada manusia atas apa yang ...
  21. Hadapi Hidup Ini Apa Adanya!
  22. Yakinilah Bahwa Anda Tetap Mulia Bersama Para Pene...
  23. Shalat.... Shalat....
  24. "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah ad...
  25. "Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi!'"
  26. Sabar Itu Indah ...
  27. Jangan Meletakkan Bola Dunia di Atas Kepala!
  28. Jangan Sampai Hal-hal yang Sepele Membinasakan And...
  29. Terimalah Setiap Pemberian Allah dengan Rela Hati,...
  30. Selalu Ingatlah Pada Surga yang Seluas Langit dan ...
  31. "Demikianlah, Telah Kami Jadikan Kamu Umat Yang Ad...
  32. 32. Bersedih: Tak Diajarkan Syariat dan Tak Bermanfaat...
  33. Rehat
  34. Tersenyumlah!
  35. Rehat 2
  36. Nikmatnya Rasa Sakit
  37. Nikmatnya Rasa Sakit
  38. Seni Bergembira
  39. Rehat 3
  40. Mengendalikan Emosi
  41. Kebahagiaan Para Sahabat Bersama Rasulullah s.a.w....
  42. Enyahkan Kejenuhan dari Hidupmu!
  43. Buanglah Rasa Cemas!
  44. Rehat 4
  45. Jangan Bersedih, Karena Rabb Maha Pengampun Dosa d...
  46. Jangan Bersedih, Semua Hal Akan Terjadi Sesuai Qad...
  47. Jangan Bersedih, Tunggulah Jalan Keluar!
  48. Rehat 5
  49. Jangan Bersedih, Perbanyaklah Istighfar Karena All...
  50. Jangan Bersedih, Ingatlah Allah Selalu!
  51. Jangan Bersedih dan Putus Asa dari Rahmat Allah!
  52. Jangan Bersedih Atas Kegagalan, Karena Anda Masih ...
  53. Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Tak Pantas Anda ...
  54. Jangan Bersedih, Usirlah Setiap Kegalauan!
  55. Jangan Bersedih Bila Kebaikan Anda Tak Dihargai Or...
  56. Jangan Bersedih Atas Cercaan dan Hinaan Orang!
  57. Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Sedikit, Sebab P...
  58. Jangan Bersedih Atas Apa yang Masih Mungkin Akan T...
  59. Jangan Bersedih Menghadapi Kritikan dan Hinaan! Se...
  60. Rehat 6
  61. Jangan Bersedih! Pilihlah Apa yang Telah Dipilih A...
  62. Jangan Bersedih dan Mempedulikan Perilaku Orang
  63. Jangan Bersedih dan Pahamilah Harga yang Anda Sedi...
  64. Jangan Bersedih Selama Anda Masih Dapat Berbuat Ba...
  65. Jangan Bersedih Jika Mendengar Kata-kata Kasar, Ka...
  66. Rehat 7
  67. Jangan Bersedih! Sebab Bersabar Atas Sesuatu yang ...
  68. Jangan Bersedih Karena Perlakuan Orang Lain, Tapi ...
  69. Jangan Bersedih Karena Rezeki yang Sulit
  70. Jangan Bersedih, Karena Masih Ada Sebab-sebab yang...
  71. Jangan Memakai Baju Kepribadian Orang Lain
  72. 'Uzlah dan Dampak Positifnya
  73. Jangan Bersedih Karena Tertimpa Kesulitan!
  74. Rehat 8
  75. Jangan Bersedih, Inilah Kiat-Kiat untuk Bahagia
  76. Ulasan AL QURAN 1
  77. Ulasan AL QURAN 2
  78. Ulasan Mengenai TUHAN 1
  79. Ulasan Mengenai TUHAN 2
  80. Ulasan Mengenai TUHAN 3
  81. Ulasan Mengenai TUHAN 4
  82. Tentang Nabi MUHAMMAD S.A.W
  83. Tentang Nabi MUHAMMAD S.A.W - bagian 2
  84. Tentang Nabi MUHAMMAD S.A.W - bagian 3
  85. TAKDIR
  86. TAKDIR - bagian 2
  87. 87. TAKDIR - bagian 3
  88. KEMATIAN
  89. KEMATIAN - bagian 2
  90. Hari AKHIRAT
  91. Hari AKHIRAT - bagian 2
  92. Hari AKHIRAT - bagian 3
  93. Hari AKHIRAT - bagian 4
  94. Keadilan dan Kesejahteraan
  95. Keadilan dan Kesejahteraan - bagian 2
  96. Keadilan dan Kesejahteraan - bagian 3
  97. Makanan
  98. Ahklak bagian 2
  99. Ahklak bagian 3
  100. PAKAIAN
  101. PAKAIAN bagian 2
  102. PAKAIAN bagian 3
  103. PAKAIAN bagian 4
  104. Akhlak
  105. KESEHATAN
  106. KESEHATAN bagian 2
  107. PERNIKAHAN
  108. PERNIKAHAN bagian 2
  109. PERNIKAHAN bagian 3
  110. SYUKUR
  111. SYUKUR bagian 2
  112. SYUKUR bagian 3
  113. HALAL BIHALAL
  114. HALAL BIHALAL bagian 2
  115. MANUSIA
  116. MANUSIA bagian 2
  117. MANUSIA bagian 3
  118. PEREMPUAN
  119. PEREMPUAN bagian 2
  120. PEREMPUAN bagian 3
  121. PEREMPUAN bagian 4
  122. Masyarakat
  123. UMMAT
  124. KEBANGSAAN
  125. KEBANGSAAN bagian 2
  126. KEBANGSAAN bagian 3
  127. AHL AL KITAB
  128. AHL AL KITAB bagian 2
  129. AHL AL KITAB bagian 3
  130. AHL AL KITAB bagian 4
  131. AGAMA
  132. SENI
  133. SENI bagian 2
  134. EKONOMI
  135. EKONOMI bagian 2
  136. POLITIK
  137. POLITIK
  138. POLITIK bagian 2
  139. ILMU dan TEKNOLOGI
  140. ILMU dan TEKNOLOGI bagian 2
  141. KEMISKINAN
  142. MASJID
  143. MUSYAWARAH
  144. MUSYAWARAH bagian 2
  145. Ukhuwah
  146. Ukhuwah bagian 2
  147. JIHAD
  148. JIHAD bagian 2
  149. P U A S A
  150. P U A S A bagian 2
  151. LAILATUL QADAR
  152. W A K T U
  153. W A K T U bagian 2
  154. Nasihat untuk Menikah Menurut Islam
  155. Di Jalan Dakwah Aku Menikah
  156. Ringkasan buku : Aku Ingin Menikah, Tapi ... ::..
  157. ALASAN TEPAT UNTUK MENIKAH
  158. Keotentikan Al-Quran
  159. Bukti-bukti Kesejarahan Al - qur'an
  160. Penulisan Mushhaf Al-Qur'an
  161. Bukti Kebenaran Al-Quran bagian 1
  162. Bukti Kebenaran Al-Quran bagian 2
  163. Sejarah Turunnya dan Tujuan Pokok Al-Quran
  164. Periode Turunnya Al-Quran bagian 1
  165. Periode Turunnya Al-Quran bagian 2
  166. Periode Turunnya Al-Quran bagian 3
  167. Dakwah menurut Al-Quran
  168. Tujuan Pokok Al-Quran
  169. Kebenaran Ilmiah Al-Quran
  170. Sistem Penalaran menurut Al-Quran
  171. Ciri Khas Ilmu Pengetahuan
  172. Perkembangan Tafsir
  173. Hikmah Ayat Ilmiah Al-Quran
  174. Mengapa Tafsir Ilmiah Meluas? bagian 1
  175. Mengapa Tafsir Ilmiah Meluas? bagian 2
  176. Bagaimana Memahami Al-Quran di Masa Kini? bagian 1...
  177. Bagaimana Memahami Al-Quran di Masa Kini? bagian 2...
  178. Al-Quran, Ilmu, dan Filsafat Manusia
  179. Al-Quran di Tengah Perkembangan Ilmu
  180. Al-Quran di Tengah Perkembangan Ilmu bagian 2
  181. Al-Quran di Tengah Perkembangan Filsafat
  182. Al-Quran di Tengah Perkembangan Filsafat bagian 2
  183. Sejarah Perkembangan Tafsir
  184. Kodifikasi Tafsir
  185. Metode Tafsir
  186. Kebebasan dan Pembatasan dalam Tafsir
  187. Kebebasan dalam Menafsirkan Al-Quran
  188. Pembatasan dalam Menafsirkan Al-Quran bagian 1
  189. Pembatasan dalam Menafsirkan Al-Quran bagian 2
  190. Perubahan Sosial
  191. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
  192. Bidang Bahasa
  193. Haramnya durhaka kepada kedua orang tua
  194. Syirik Kecil bagian 1
  195. Syirik Kecil bagian 2
  196. HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE bagia 1
  197. HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE bagia 2
  198. Hukum Mengenakan Pakaian Yang Bergambar Dan Menyim...
  199. Perkembangan Metodologi Tafsir
  200. Perkembangan Metodologi Tafsir 2
  201. Perkembangan Metodologi Tafsir 3
  202. Tafsir dan Modernisasi
  203. Tafsir dan Modernisasi 2
  204. Penafsiran Ilmiah Al-Quran
  205. Penafsiran Ilmiah Al-Quran 2
  206. Penafsiran Ilmiah Al-Quran 3
  207. Penafsiran Ilmiah Al-Quran 4
  208. Metode Tafsir Tematik
  209. Beberapa Problem Tafsir
  210. Metode Mawdhu'iy
  211. Keistimewaan Metode Mawdhu'iy
  212. Perbedaan Metode Mawdhu'iy dengan Metode Analisis
  213. Perbedaan Metode Mawdhu'iy dengan Metode Komparasi...
  214. Hubungan Hadis dan Al-Quran
  215. Fungsi Hadis terhadap Al-Quran
  216. Pemahaman atas Makna Hadis
  217. Fungsi dan Posisi Sunah Dalam Tafsir bgn 1
  218. Fungsi dan Posisi Sunah Dalam Tafsir bgn 2
  219. Ayat-ayat Kawniyyah dalam Al-Quran
  220. Al-Qur'an dan Alam Raya
  221. Pendapat Para Ulama tentang Penafsiran Ilmiah
  222. Segi Bahasa Al-Quran dan Korelasi Antar Ayatnya
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

By Support