Pages

Kamis, 22 Oktober 2009

Ulasan Mengenai TUHAN 1

Kalau kita menengok  ke  belakang,  mempelajari  kepercayaan
umat manusia, maka yang ditemukan adalah hampir semua umat
manusia mempercayai adanyaTuhan yang mengatur alam raya ini.
Orang-orang Yunani Kuno menganut paham politeisme (keyakinan
banyak tuhan): bintang adalah tuhan (dewa), Venus adalah
(tuhan) Dewa Kecantikan, Mars adalah Dewa Peperangan,
Minerva adalah Dewa Kekayaan, sedangkan Tuhan tertinggi
adalah Apollo atau Dewa Matahari.

Orang-orang Hindu -masa lampau juga mempunyai banyak dewa,
yang diyakini sebagai tuhan-tuhan. Keyakinan itu tercermin
antara lain dalam Hikayat Mahabarata. Masyarakat Mesir,
tidak terkecuali. Mereka meyakini adanya Dewa Iziz, Dewi
Oziris, dan yang tertinggi adalah Ra'. Masyarakat Persia pun
demikian, mereka percaya bahwa ada Tuhan Gelap dan Tuhan
Terang. Begitulah seterusnya.

Pengaruh keyakinan tersebut merambah ke masyarakat Arab,
walaupun jika mereka ditanya tentang Penguasa dan Pencipta
langit dan bumi mereka menjawab, "Allah." Tetapi dalam saat
yang sama mereka menyembah juga berhala-berhala Al-Lata, Al-
Uzza, dan Manata, tiga berhala terbesar mereka, di samping
ratusan berhala lainnya.

Al-Quran datang untuk meluruskan keyakinan itu, dengan
membawa ajaran tauhid. Tulisan ini berusaha untuk memaparkan
wawasan Al-Quran tentang hal tersebut, meskipun harus diakui
bahwa tulisan ini tidak mungkin dapat menjangkau
keseluruhannya. Dapat dibayangkan betapa luas pembahasan
tentang Tuhan Yang Maha Esa bila akan dirujuk keseluruhan
kata yang menunjuk-Nya. Kata "Allah" saja dalam Al-Quran
terulang sebanyak 2697 kali. Belum lagi kata-kata semacam
Wahid, Ahad, Ar-Rab, Al-Ilah, atau kalimat yang menafikan
adanya sekutu bagi-Nya baik dalam perbuatan atau wewenang
menetapkan hukum, atau kewajaran beribadah kepada selain-Nya
serta penegasian lain yang semuanya mengarah kepada
penjelasan tentang tauhid.

FITRAH MANUSIA: KEYAKINAN TENTANG KEESAAN ALLAH

Kalau kita membuka lembaran-lembaran Al-Quran, hampir tidak
ditemukan ayat yang membicarakan wujud Tuhan. Bahkan Syaikh
Abdul Halim Mahmud dalam bukunya Al-Islam wa Al-'Aql
menegaskan bahwa, "Jangankan Al-Quran, Kitab Taurat, dan
Injil dalam bentuknya yang sekarang pun (Perjanjian Lama dan
Baru) tidak menguraikan tentang wujud Tuhan." Ini disebabkan
karena wujud-Nya sedemikian jelas, dan "terasa" sehingga
tidak perlu dijelaskan.

Al-Quran mengisyaratkan bahwa kehadiran Tuhan ada dalam diri
setiap insan, dan bahwa hal tersebut merupakan fitrah
(bawaan) manusia sejak asal kejadiannya. Demikian dipahami
dari firman-Nya dalam surat Al-Rum (30): 30.

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah),
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tiada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui."

Dalam ayat lain dikemukakan, bahwa:

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), 'Bukankah
Aku ini Tuhanmu?' Mereka menjawab: 'Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menyaksikan'" (QS Al-A'raf [7]: 172).

Apabila Anda duduk termenung seorang diri, pikiran mulai
tenang, kesibukan hidup atau haru hati telah dapat teratasi,
terdengarlah suara nurani, yang mengajak Anda untuk
berdialog, mendekat bahkan menyatu dengan suatu totalitas
wujud Yang Maha mutlak.

Suara itu mengantar Anda untuk menyadari betapa lemahnya
manusia dihadapan-Nya. dan betapa kuasa dan perkasa Dia Yang
Mahaagung itu. Suara yang Anda dengarkan itu, adalah suara
fitrah manusia. Setiap orang memiliki fitrah itu, dan
terbawa serta olehnya sejak kelahiran, walau seringkali
-karena kesibukan dan dosa-dosa- ia terabaikan, dan suaranya
begitu lemah sehingga tidak terdengar lagi. Tetapi bila
diusahakan untuk didengarkan, kemudian benar-benar tertancap
di dalam jiwa, maka akan hilanglah segala ketergantungan
kepada unsur-unsur lain kecuali kepada Allah semata, tiada
tempat bergantung, tiada tempat menitipkan harapan, tiada
tempat mengabdi kecuali kepada-Nya. La haula wa la quwwata
illa billahi-'Aliyyil-'Azhim (Tiada daya untuk memperoleh
manfaat, tiada pula kuasa untuk menolak mudarat, kecuali
bersumber dari Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung). Dan
dengan demikian tidak ada lagi rasa takut yang menghantui
atau mencengkeram, tiada pula rasa sedih yang akan mencekam.

Sesungguhnya orang-orang yang berkata (berprinsip) bahwa
Tuhan Pemelihara kami adalah Allah, serta istiqamah dengan
prinsip itu, akan turun kepada mereka malaikat (untuk
menenangkan mereka sambil berkata) "Jangan takut, jangan
bersedih, berbahagialah kalian dengan surga yang dijanjikan"
(QS Fushshilat [41]: 30)

"Orang-orang yang beriman dan jiwa mereka menjadi tenteram
karena mengingat Allah. Memang hanya dengan mengingat
Allahlah jiwa menjadi tenteram" (QS Al-Ra'd [13]: 28).

Memang boleh jadi ada saat-saat dalam hidup ini -singkat
atau panjang- dimana manusia mengalami keraguan tentang
wujud-Nya, bahkan boleh jadi keraguan tersebut mengantarnya
untuk menolak kehadiran Tuhan dan menanggalkan
kepercayaannya, tetapi ketika itu keraguannya akan beralih
menjadi kegelisahan, khususnya pada saat-saat ia merenung.

Di atas telah penulis katakan bahwa hampir tidak ditemukan
ayat yang membicarakan tentang wujud Tuhan. Ini, karena
harus diakui bahwa ada beberapa ayat Al-Quran yang dapat
dipahami sebagai berbicara tentang wujud Tuhan, dan ada pula
beberapa ayat yang mengisyaratkan adanya segelintir manusia
yang ateis. Misalnya,

"Dan mereka berkata, 'Kehidupan ini tidak lain hanyalah
kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak
ada yang membinasakan kita selain masa.'" (QS Al-Jatsiyah
[45]: 24)

Namun seperti bunyi lanjutan ayat di atas,

"Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu,
dan mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja."

Bahkan boleh jadi kita dapat berkata bahwa mereka yang tidak
mempercayai wujud Tuhan adalah orang-orang yang kehabisan
akal dan keras kepala ketika berhadapan dengan satu
kenyataan yang tidak sesuai dengan "nafsu kotornya" itu.

Yang demikian dapat dipahami dari ayat yang menguraikan
diskusi yang terjadi antara Nabi Ibrahim a.s. dan penguasa
masanya (Namrud) (QS Al-Baqarah [2]: 258), atau Fir'aun
ketika berhadapan dengan Musa a.s. yang bertanya, "Siapa
Tuhan semesta alam itu?" (QS Al-Syu'ara, 126]: 23).

Salah satu bukti bahwa pernyataan ini lahir dari sikap keras
kepala adalah pengakuan Fir'aun sendiri ketika ruhnya akan
meninggalkan jasadnya. Dalam konteks ini Al-Quran,
menjelaskan sikap Fir'aun yang ketika itu kembali kepada
fitrah, namun sayang dia telah terlambat.

"... hingga saat Fir'aun telah hampir tenggelam, berkatalah
dia. 'Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan
yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).' Apakah
sekarang (baru kamu percaya) padahal sesungguhnya kamu telah
durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang
berbuat kerusakan?" (QS Yunus [10]: 90-91).

Ayat ini sekaligus membuktikan bahwa kehadiran Tuhan
merupakan fitrah manusia yang merupakan kebutuhan hidupnya.
Kalaupun ada yang mengingkari wujud tersebut, maka
pengingkaran tersebut bersifat sementara. Dalam arti bahwa
pada akhirnya -sebelum jiwanya berpisah dengan jasadnya- ia
akan mengakui-Nya. Memang, kebutuhan manusia
bertingkat-tingkat, ada yang harus dipenuhi segera seperti
kebutuhan udara, ada yang dapat ditangguhkan untuk beberapa
saat, seperti kebutuhan minum. Kebutuhan untuk makan, dapat
ditangguhkan lebih lama daripada kebutuhan minuman, tetapi
kebutuhan pemenuhan seksual bisa lebih lama ditangguhkan
daripada kebutuhan pada makan dan minum; demikian
seterusnya. Kebutuhan yang paling lama dapat ditangguhkan
adalah kebutuhan tentang keyakinan akan adanya Allah Swt.,
Tuhan Yang Maha Esa.

TAUHID ADALAH PRINSIP DASAR AGAMA SAMAWI

Merujuk kepada Al-Quran, dapat kita temukan bahwa para Nabi
dan Rasul selalu membawa ajaran tauhid.

"Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, kecuali
Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Tuhan selain Aku,
maka sembahlah Aku" (QS Al-Anbiya' [21]: 25).

"Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan
bagimu selain-Nya."

Demikian ucapan Nabi Nuh, Hud, Shaleh dan Syu'aib yang
diabadikan Al-Quran masing-masing secara berurut dalam surat
Al-A'raf (7): 59, 65, 73, dan 85.

Demikian juga ajaran yang diterima Musa a.s. langsung dari
Allah:

"Aku yang memilihmu, maka dengarkan dengan tekun, apa yang
diwahyukan (padamu): 'Sesungguhnya Aku adalah Allah, tidak
ada Tuhan selain Aku. Sembahlah Aku, dan dirikanlah shalat
untuk mengingat-Ku'" (QS Thaha [20] 13-14)

Nabi Isa a.s. juga mengajarkan prinsip ini kepada umatnya:

"Isa berkata (kepada Bani Israil), 'Hai Bani Israil,
sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.' Sesunguhnya siapa yang
mempersekutukan-Nya maka Allah mengharamkan baginya surga,
dan tempatnya adalah neraka. Tiada penolong bagi orang-orarg
yang aniaya." (QS Al-Maidah [5]: 72)

Namun, walaupun semua nabi membawa ajaran tauhid, terlihat
melalui ayat-ayat Al-Quran bahwa ada perbedaan dalam
pemaparan mereka tentang prinsip tauhid. Jelas sekali bahwa
Nabi Muhammad Saw., melalui Al-Quran diperkaya oleh Allah
dengan aneka penjelasan dan bukti, serta jawaban yang
membungkam siapa pun yang mempersekutukan Tuhan

Allah Swt. menyesuaikan tuntunan yang dianugerahkan kepada
para Nabi-Nya sesuai dengan tingkat kedewasaan berpikir umat
mereka. Karena itu hampir tidak ada bukti-bukti logis yang
dikemukakan oleh Nabi Nuh kepada umatnya, dan pada akhirnya
setelah mereka tetap membangkang, jatuhlah sanksi yang
memusnahkan mereka:

"Maka topan membinasakan mereka, dan mereka adalah
orang-orang aniaya" (QS Al-'Ankabut [29]: 14).

Ketika tiba masa Nabi Hud a.s. -yang masanya belum terlalu
jauh dari Nuh- pemaparan beliau hampir tidak berbeda, tetapi
di sana sini telah jelas bahwa masyarakat yang diajaknya
berdialog, memiliki kemampuan berpikir sedikit di atas umat
Nuh. Karena itu, pemaparan tentang tauhid yang dikemukakan
oleh Hud a.s. disertai dengan peringatan tentang
nikmat-nikmat Allah yang mereka dapatkan. Dalam rangkaian
ayat-ayat yang mengingatkan mereka akan keesaan Allah, Hud
mengingatkan:

"Ingatlah (nikmat Allah) oleh kamu sekalian ketika Allah
menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa)
sesudah lenyapnya kaum Nuh; dan Tuhan melebihkan kekuatan
tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh), maka ingatlah
nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan (QS
Al-A'raf [7]: 69, dan juga dalam QS Al-Syu'ara' [26]:
123-140)

Nabi Shaleh yang datang sesudah Nabi Hud a.s. lebih luas dan
rinci penjelasannya, karena wawasan umatnya lebih luas pula.
Mereka misalnya diingatkan tentang asal kejadian mereka dari
tanah atau tugas mereka memakmurkan bumi (QS Hud [11]: 61).

Akal yang mampu mencerna dapat memahami bahwa asal kejadian
manusia berasal dari tanah -dalam arti bahwa sperma yang
dituangkan ke rahim istri berasal dari makanan yang
dihasilkan oleh bumi. Manusia yang memiliki akal yang dapat
mencerna ini atau walau hanya memahaminya secara umum,
pastilah lebih mampu dari mereka yang sekadar dipaparkan
kepadanya nikmat-nikmat Ilahi, sebagaimana halnya kaum Hud
dan Nuh- Di samping itu ada bukti lain yang dikemukakan Nabi
Shaleh:

"Dan kepada Tsamud (Kami mengutus) saudara mereka Shaleh.
Dia berkata, 'Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali
tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang
bukti yang sangat nyata kepadamu; unta betina Allah ini
sebagai bukti untuk kamu ...'" (QS Al-A'raf [7]: 73).

Ketika tiba masa Syu'aib, ajakan dakwahnya lebih luas lagi,
melampaui batas yang disinggung oleh ketiga Nabi sebelumnya.
Kali ini ajaran tauhid tidak saja dikaitkan dengan
bukti-bukti, tetapi juga dirangkaikan dengan hukum-hukum
syariat.

"Dan kepada penduduk Madyan (Kami mengutus) saudara mereka
Syu'aib. Ia berkata, 'Hai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya
telah datang kepadamu bukti yang nyata dan Tuhanmu. Maka
sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan janganlah kamu
kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan
timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi
sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik
bagimu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.'" (QS
Al-A'raf [7]: 85).

Ayat ini bahkan menggugah jiwa dan menuntut mereka untuk
membangun satu masyarakat yang penuh dengan kemakmuran dan
keadilan.

Setelah itu, datang ajakan Nabi Ibrahim, yang merupakan
periode baru dari tuntunan tentang Ketuhanan Yang Maha Esa.
Nabi Ibrahim a.s. dikenal sebagai "Bapak Para Nabi," "Bapak
Monoteisme," serta "Proklamator Keadilan Ilahi" karena
agama-agama samawi terbesar dewasa ini merujuk kepada agama
beliau.

Ibrahim a.s. menemukan dan membina keyakinannya melalui
pencarian dan pengalaman-pengalaman keruhanian yang
dilaluinya dan hal ini -secara Qurani- terbukti bukan saja
dalam penemuannya tentang keesaan Tuhan seru sekalian alam,
sebagaimana diuraikan dalam surat Al-An'am ayat 75, tetapi
juga dalam keyakinan tentang hari kebangkitan. Menarik untuk
diketahui bahwa beliaulah satu-satunya Nabi yang disebut
Al-Quran bermohon kepada Allah untuk diperlihatkan bagaimana
cara-Nya menghidupkan yang mati, dan permintaan beliau itu
dikabulkan Allah (QS Al-Baqarah [2]: 260)

Para ilmuwan seringkali berbicara tentang penemuan-penemuan
manusia yang mempengaruhi atau bahkan mengubah jalannya
sejarah kemanusiaan. Tetapi, seperti ditulis Abbas Al-'Aqqad
dalam Abu Al-Anbiyya': "Penemuan yang dikaitkan dengan Nabi
Ibrahim a.s. merupakan penemuan manusia yang terbesar, dan
yang tidak dapat diabaikan oleh para ilmuwan atau sejarawan.
Ia tidak dapat dibandingkan dengan penemuan roda, api,
listrik, atau rahasia-rahasia atom -betapapun besarnya
pengaruh penemuan-penemuan tersebut- yang semua itu dikuasai
oleh manusia. Penemuan Ibrahim menguasai jiwa dan raga
manusia. Penemuan Ibrahim menjadikan manusia yang tadinya
tunduk kepada alam menjadi mampu menguasai alam, serta
menilai baik buruknya. Penemuan manusia dapat menjadikannya
berlaku sewenang-wenang, tetapi kesewenangan-wenangan ini
tidak mungkin dilakukannya selama penemuan Ibrahim a.s.
tetap menghiasi jiwanya. Penemuan tersebut berkaitan dengan
apa yang diketahui dan tidak-diketahuinya berkaitan
kedudukannya sebagai makhluk, dan hubungan makhluk ini
dengan Tuhan, alam raya, dan makhluk-makhluk sesamanya."


WAWASAN AL-QURAN
Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat
Dr. M. Quraish Shihab, M.A.


Bersambung 2/4

0 vxcfgdsdhghgwegf yfteift:

Bagi teman yang ingin membaca Al-qur'an sila klik disini! dan jika ingin membaca Al-qur'an dan terjemahanya sila klik disini!

Pasang Iklan Gratiiisss

ads ads ads ads ads ads

Sudah siap Memulai Bisnis Internet ?

Bagi anda yang pengen dapat uang saku tambahan silakan coba yang satu ini, anda hanya di minta untuk mengklik iklan lalu anda dibayar.buruan daftar di donkeymails bawah ini DonkeyMails.com: No Minimum Payout

PUISI KU

Untaian Rindu Kurindu padaMu ... Kerinduanku ingin bisa lebih dekat denganMu Kuingin lebih merasakan kebersamaan denganMu Kuingin dihatiku Kau bersemayam Diatas segala-galanya Kapan aku bisa mencintaiMu Lebih dalam ... Dan jauh lebih tulus Aku benar-benar merindukanMu Rinduku yang tak berujung padaMu Rasa rindu yang mendalam Didalam hati Berilah percikan cintaMu didalam hati Hatiku haus akan cintaMu Dan begitu rindu akan diriMu

Ilmu Islam

  1. Ya ALLAH
  2. Pikirkan dan Syukurilah!
  3. Yang Lalu Biar Berlalu
  4. Hari Ini Milik Anda
  5. Biarkan Masa Depan Datang Sendiri
  6. Cara Mudah Menghadapi Kritikan Pedas
  7. Jangan Mengharap "Terima Kasih" dari Seseorang
  8. Berbuat Baik Terhadap Orang Lain, Melapangkan Dada...
  9. Isi Waktu Luang Dengan Berbuat!
  10. Jangan Latah!
  11. Qadha' dan Qadar
  12. Bersama Kesulitan Ada Kemudahan
  13. Jadikan Buah Lemon Itu Minuman yang Manis!
  14. Siapakah yang Memperkenankan Doa Orang yang Kesuli...
  15. Semoga Rumahmu Membuat Bahagia
  16. Ganti Itu dari Allah
  17. Iman Adalah Kehidupan
  18. Ambil Madunya, Tapi Jangan Hancurkan Sarangnya!
  19. "Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang."
  20. "Ataukah mereka dengki pada manusia atas apa yang ...
  21. Hadapi Hidup Ini Apa Adanya!
  22. Yakinilah Bahwa Anda Tetap Mulia Bersama Para Pene...
  23. Shalat.... Shalat....
  24. "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah ad...
  25. "Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi!'"
  26. Sabar Itu Indah ...
  27. Jangan Meletakkan Bola Dunia di Atas Kepala!
  28. Jangan Sampai Hal-hal yang Sepele Membinasakan And...
  29. Terimalah Setiap Pemberian Allah dengan Rela Hati,...
  30. Selalu Ingatlah Pada Surga yang Seluas Langit dan ...
  31. "Demikianlah, Telah Kami Jadikan Kamu Umat Yang Ad...
  32. 32. Bersedih: Tak Diajarkan Syariat dan Tak Bermanfaat...
  33. Rehat
  34. Tersenyumlah!
  35. Rehat 2
  36. Nikmatnya Rasa Sakit
  37. Nikmatnya Rasa Sakit
  38. Seni Bergembira
  39. Rehat 3
  40. Mengendalikan Emosi
  41. Kebahagiaan Para Sahabat Bersama Rasulullah s.a.w....
  42. Enyahkan Kejenuhan dari Hidupmu!
  43. Buanglah Rasa Cemas!
  44. Rehat 4
  45. Jangan Bersedih, Karena Rabb Maha Pengampun Dosa d...
  46. Jangan Bersedih, Semua Hal Akan Terjadi Sesuai Qad...
  47. Jangan Bersedih, Tunggulah Jalan Keluar!
  48. Rehat 5
  49. Jangan Bersedih, Perbanyaklah Istighfar Karena All...
  50. Jangan Bersedih, Ingatlah Allah Selalu!
  51. Jangan Bersedih dan Putus Asa dari Rahmat Allah!
  52. Jangan Bersedih Atas Kegagalan, Karena Anda Masih ...
  53. Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Tak Pantas Anda ...
  54. Jangan Bersedih, Usirlah Setiap Kegalauan!
  55. Jangan Bersedih Bila Kebaikan Anda Tak Dihargai Or...
  56. Jangan Bersedih Atas Cercaan dan Hinaan Orang!
  57. Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Sedikit, Sebab P...
  58. Jangan Bersedih Atas Apa yang Masih Mungkin Akan T...
  59. Jangan Bersedih Menghadapi Kritikan dan Hinaan! Se...
  60. Rehat 6
  61. Jangan Bersedih! Pilihlah Apa yang Telah Dipilih A...
  62. Jangan Bersedih dan Mempedulikan Perilaku Orang
  63. Jangan Bersedih dan Pahamilah Harga yang Anda Sedi...
  64. Jangan Bersedih Selama Anda Masih Dapat Berbuat Ba...
  65. Jangan Bersedih Jika Mendengar Kata-kata Kasar, Ka...
  66. Rehat 7
  67. Jangan Bersedih! Sebab Bersabar Atas Sesuatu yang ...
  68. Jangan Bersedih Karena Perlakuan Orang Lain, Tapi ...
  69. Jangan Bersedih Karena Rezeki yang Sulit
  70. Jangan Bersedih, Karena Masih Ada Sebab-sebab yang...
  71. Jangan Memakai Baju Kepribadian Orang Lain
  72. 'Uzlah dan Dampak Positifnya
  73. Jangan Bersedih Karena Tertimpa Kesulitan!
  74. Rehat 8
  75. Jangan Bersedih, Inilah Kiat-Kiat untuk Bahagia
  76. Ulasan AL QURAN 1
  77. Ulasan AL QURAN 2
  78. Ulasan Mengenai TUHAN 1
  79. Ulasan Mengenai TUHAN 2
  80. Ulasan Mengenai TUHAN 3
  81. Ulasan Mengenai TUHAN 4
  82. Tentang Nabi MUHAMMAD S.A.W
  83. Tentang Nabi MUHAMMAD S.A.W - bagian 2
  84. Tentang Nabi MUHAMMAD S.A.W - bagian 3
  85. TAKDIR
  86. TAKDIR - bagian 2
  87. 87. TAKDIR - bagian 3
  88. KEMATIAN
  89. KEMATIAN - bagian 2
  90. Hari AKHIRAT
  91. Hari AKHIRAT - bagian 2
  92. Hari AKHIRAT - bagian 3
  93. Hari AKHIRAT - bagian 4
  94. Keadilan dan Kesejahteraan
  95. Keadilan dan Kesejahteraan - bagian 2
  96. Keadilan dan Kesejahteraan - bagian 3
  97. Makanan
  98. Ahklak bagian 2
  99. Ahklak bagian 3
  100. PAKAIAN
  101. PAKAIAN bagian 2
  102. PAKAIAN bagian 3
  103. PAKAIAN bagian 4
  104. Akhlak
  105. KESEHATAN
  106. KESEHATAN bagian 2
  107. PERNIKAHAN
  108. PERNIKAHAN bagian 2
  109. PERNIKAHAN bagian 3
  110. SYUKUR
  111. SYUKUR bagian 2
  112. SYUKUR bagian 3
  113. HALAL BIHALAL
  114. HALAL BIHALAL bagian 2
  115. MANUSIA
  116. MANUSIA bagian 2
  117. MANUSIA bagian 3
  118. PEREMPUAN
  119. PEREMPUAN bagian 2
  120. PEREMPUAN bagian 3
  121. PEREMPUAN bagian 4
  122. Masyarakat
  123. UMMAT
  124. KEBANGSAAN
  125. KEBANGSAAN bagian 2
  126. KEBANGSAAN bagian 3
  127. AHL AL KITAB
  128. AHL AL KITAB bagian 2
  129. AHL AL KITAB bagian 3
  130. AHL AL KITAB bagian 4
  131. AGAMA
  132. SENI
  133. SENI bagian 2
  134. EKONOMI
  135. EKONOMI bagian 2
  136. POLITIK
  137. POLITIK
  138. POLITIK bagian 2
  139. ILMU dan TEKNOLOGI
  140. ILMU dan TEKNOLOGI bagian 2
  141. KEMISKINAN
  142. MASJID
  143. MUSYAWARAH
  144. MUSYAWARAH bagian 2
  145. Ukhuwah
  146. Ukhuwah bagian 2
  147. JIHAD
  148. JIHAD bagian 2
  149. P U A S A
  150. P U A S A bagian 2
  151. LAILATUL QADAR
  152. W A K T U
  153. W A K T U bagian 2
  154. Nasihat untuk Menikah Menurut Islam
  155. Di Jalan Dakwah Aku Menikah
  156. Ringkasan buku : Aku Ingin Menikah, Tapi ... ::..
  157. ALASAN TEPAT UNTUK MENIKAH
  158. Keotentikan Al-Quran
  159. Bukti-bukti Kesejarahan Al - qur'an
  160. Penulisan Mushhaf Al-Qur'an
  161. Bukti Kebenaran Al-Quran bagian 1
  162. Bukti Kebenaran Al-Quran bagian 2
  163. Sejarah Turunnya dan Tujuan Pokok Al-Quran
  164. Periode Turunnya Al-Quran bagian 1
  165. Periode Turunnya Al-Quran bagian 2
  166. Periode Turunnya Al-Quran bagian 3
  167. Dakwah menurut Al-Quran
  168. Tujuan Pokok Al-Quran
  169. Kebenaran Ilmiah Al-Quran
  170. Sistem Penalaran menurut Al-Quran
  171. Ciri Khas Ilmu Pengetahuan
  172. Perkembangan Tafsir
  173. Hikmah Ayat Ilmiah Al-Quran
  174. Mengapa Tafsir Ilmiah Meluas? bagian 1
  175. Mengapa Tafsir Ilmiah Meluas? bagian 2
  176. Bagaimana Memahami Al-Quran di Masa Kini? bagian 1...
  177. Bagaimana Memahami Al-Quran di Masa Kini? bagian 2...
  178. Al-Quran, Ilmu, dan Filsafat Manusia
  179. Al-Quran di Tengah Perkembangan Ilmu
  180. Al-Quran di Tengah Perkembangan Ilmu bagian 2
  181. Al-Quran di Tengah Perkembangan Filsafat
  182. Al-Quran di Tengah Perkembangan Filsafat bagian 2
  183. Sejarah Perkembangan Tafsir
  184. Kodifikasi Tafsir
  185. Metode Tafsir
  186. Kebebasan dan Pembatasan dalam Tafsir
  187. Kebebasan dalam Menafsirkan Al-Quran
  188. Pembatasan dalam Menafsirkan Al-Quran bagian 1
  189. Pembatasan dalam Menafsirkan Al-Quran bagian 2
  190. Perubahan Sosial
  191. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
  192. Bidang Bahasa
  193. Haramnya durhaka kepada kedua orang tua
  194. Syirik Kecil bagian 1
  195. Syirik Kecil bagian 2
  196. HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE bagia 1
  197. HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE bagia 2
  198. Hukum Mengenakan Pakaian Yang Bergambar Dan Menyim...
  199. Perkembangan Metodologi Tafsir
  200. Perkembangan Metodologi Tafsir 2
  201. Perkembangan Metodologi Tafsir 3
  202. Tafsir dan Modernisasi
  203. Tafsir dan Modernisasi 2
  204. Penafsiran Ilmiah Al-Quran
  205. Penafsiran Ilmiah Al-Quran 2
  206. Penafsiran Ilmiah Al-Quran 3
  207. Penafsiran Ilmiah Al-Quran 4
  208. Metode Tafsir Tematik
  209. Beberapa Problem Tafsir
  210. Metode Mawdhu'iy
  211. Keistimewaan Metode Mawdhu'iy
  212. Perbedaan Metode Mawdhu'iy dengan Metode Analisis
  213. Perbedaan Metode Mawdhu'iy dengan Metode Komparasi...
  214. Hubungan Hadis dan Al-Quran
  215. Fungsi Hadis terhadap Al-Quran
  216. Pemahaman atas Makna Hadis
  217. Fungsi dan Posisi Sunah Dalam Tafsir bgn 1
  218. Fungsi dan Posisi Sunah Dalam Tafsir bgn 2
  219. Ayat-ayat Kawniyyah dalam Al-Quran
  220. Al-Qur'an dan Alam Raya
  221. Pendapat Para Ulama tentang Penafsiran Ilmiah
  222. Segi Bahasa Al-Quran dan Korelasi Antar Ayatnya
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

By Support